OB :: [14]

6.3K 921 73
                                    

Haechan berjalan mengendap menuruni tangga saat mendengar suara berisik dari arah dapur.

Yang ada dipikirannya kali ini hanya ada Renjun atau Renzio disana, karena Lucas sudah terlelap sejak dua jam yang lalu.

"Renzio?" Panggil Haechan pelan.

Yang dipanggil menoleh, tersenyum kecil sebelum kembali berbalik menyeduh dua gelas susu.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Haechan sembari mengintip apa yang sedang Renzio lakukan.

"Renjun belum bisa tidur, mau susu tapi Renjun nggak mau ke dapur katanya, kamu?"

"Denger suara kamu berisik di dapur." Jawab Haechan dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Tawa kecil yang di tampilkan Haechan dan cara bicara pria itu yang lembut lagi-lagi membuat Renzio menyukai pria itu.

Tapi tentu dirinya akan segera menepis perasaan tersebut, dua tahun susah susah move on, masa suka lagi cuma gara-gara ngobrol? Payah. Dia gak mungkin kayak gitu.

"Zio."

"Hmm?"

"Besok, sampai malem disini?"

"Kayaknya enggak, Lucas bilang kalau dia udah selesai ketemu Jeno, mau jemput."

"Ah.. oke."

"Kenapa, Chan?"

Yang ditanya menggeleng, "Udah selesai?" Haechan bertanya demi mengalihkan topik.

Renzio mengangguk, mengambil dua gelas susu buatannya dan mengikuti suami dari si kembaran untuk keluar dari area dapur.

Lampu dimatikan oleh Haechan, dirinya membiarkan Renzio berjalan duluan sementara dirinya dibelakang. Dirinya belum lupa kalau Renzio itu takut gelap.

"Renjun suruh tidur ya Ren, kalau ngeyel omelin aja." Pinta Haechan saat mereka hendak memasuki kamar masing-masing.

Renzio tersenyum kecil sembari mengangguk. "Iya, Haechan."

"Masuk sana, aku mau matiin lampunya."

"Selamat malam, Haechan." Ucap Renzio sebelum memasuki kamar tempatnya tidur malam ini.

Haechan tersenyum dan mengangguk kecil, "Malam."

......

"Akh- Renjun!"

Renzio terkejut dengan serangan tiba-tiba si kembaran di lehernya. Dirinya menepuk-nepuk lengan kurus tersebut meminta dilepaskan, namun bukannya lepas, Renjun malah semakin mengeratkan dekapannya.

"Ayoo jajan!" Ajak Renjun antusias, menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri mencoba mengganggu kegiatan si kembaran yang asik membaca novel.

"Bentar Njun, lagi seru." Tolak Renzio sembari sedikit menjauh, namun Renjun yang lagi suka nempelin orang ini gak bergeser sedikitpun, dirinya malah semakin menempel pada si kembaran.

"Lo baca apa sih? Seru amat. Jajan aja ayoo, bawa bukunyaa." Rengek Renjun kembali.

Renzio menghela nafas, mengusap pelan kepala Renjun yang bertengger di bahunya, "Sabar ya, dua halaman lagi. Janji."

"Lamaa!"

"Enggak kok, bentaran. Aku bacanya kan cepet." Bujuk Renzio pada si kakak.

Renjun merengut kesal, dengan sedikit kasar melepaskan dekapannya dan menjauh, "2 menit gak selesai, gue ngambek."

"Oke, aku selesai, ayo jajan." Ucap Renzio segera melempar buku di tangannya. Dirinya bangkit dari sofa dan berjalan pelan menuju Renjun yang membelakanginya.

"Maaf, ayo jajan. Aku temenin." Ucap Renzio lagi. Menarik lengan si kembaran agar berbalik.

Renjun menepis tangan Renzio, "Jangan pegang-pegang, lo jelek."

"Aku kembaran kamu Ren."

"Iya, tapi gue ganteng. Ayo berangkat."

Tingkah Renjun yang labil membuat Renzio bingung sendiri, tadi bilang gak mau, gak boleh sentuh, ngatain juga, tapi sekarang malah narik tangannya.

"Ren, kamu gak mau ganti celana dulu?" Tanya Renzio saat si kembaran sudah menutup pintu gerbang.

"Kenapa harus? Kita ke supermarket depan aja kok." Jawab Renjun santai, berjalan pelan dengan kedua tangan di masukan ke kantung celana.

"Paha kamu itu loh Ren." Tunjuk Renzio.

Renjun menunduk melihat celananya sendiri, tidak ada yang salah, celananya memang pendek, tapi tidak sependek itu. Kalaupun ada yang macam-macam dirinya pasti bisa menghajar orang tersebut.

Tangan, kaki, dan mulutnya akan selalu siap 24 jam untuk bertarung.

"Santai. Ayo jalan."

......

"Lo gak mau ngambil apa-apa gitu?" Tanya Renjun seraya menenteng sebungkus makanan ringan incarannya sejak di rumah tadi.

Pandangannya turun melihat Renzio berjongkok di depan kulkas, memperhatikan jejeran minuman disana.

"Bingung mau ngambil apa." Ujar Renzio bimbang, tangannya bergerak kesana kemari menyentuh minuman itu satu persatu namun tidak ada satupun yang pemuda manis itu ambil.

"Susu aja tuh." Saran Renjun. Tapi Renzio menggeleng, "Di rumah kamu ada kan? Aku baru minum satu tadi, hehe."

"Yeh, bedaa. Yang lo minum kan susu bubuk. Yang itu kan botol."

"Sama aja Renjun, sama sama susu."

"Tapi rasanya beda?"

"Iya sih, tapi gak mau, mau yang lain."

Renzio bergeser ke kulkas satu lagi dan kembali mengulangi ritual di depan kulkas supermarket tersebut, berjongkok dan terdiam di depan kulkas demi menemukan minuman yang tepat.

"Iya deh sana pilih, gue kesana dulu. Jangan ilang ya."

"Aku bukan anak kecil, Ren." Ujar Renzio seraya terkekeh dan menyingkirkan tangan si kakak yang mengusak rambutnya.

"Tetep disini sampai gue balik."

Renzio mengangguk kecil, mendorong bokong Renjun agar segera pergi melanjutkan apa yang mau pria itu lakukan disini.

Renjun berlari kecil menuju rak tempat dimana mie instan dipajang, tangannya terasa gatal ingin mengambil mie paling pedas disana. Tapi kalau nanti disita Haechan kan sayang-sayang?

Tapi sedetik kemudian dirinya mengambil tiga bungkus, tidak peduli dengan kata suaminya nanti. Renjun bisa berdebat, merengek, atau apapun demi menyelamatkan mie tersebut.

Asik melihat-lihat makanan yang lain, Renjun terlonjak kala mendapat tepukan di bahunya dari arah belakang.

Matanya menyipit saat berbalik dan menemukan dada seorang lelaki tinggi di depannya, ia mendongak perlahan, tubuhnya sontak bergerak mundur kala melihat wajah tanpa ekspresi si lelaki.

Renjun ingat betul siapa lelaki yang ada hadapannya kini, dirinya sedikit membungkukkan tubuh sebelum berlari kecil menjauhi si lelaki. Berharap pria itu tidak mengenalinya.

"Heh. Bocil."

Teguran dari orang di belakangnya membuat Renjun berdecak pelan. Ia kira mereka tidak akan pernah bertemu lagi, tapi ternyata...

"Segitu bencinya sampai gak mau liat muka gue?" Ucap pria itu lagi.

Memilih untuk abai, Renjun mengacungkan jari tengahnya tanpa berbalik.

"Jangan sok kenal. Lo jelek." Ucap si manis sebelum berjalan cepat meninggalkan si pria, tak lupa menyisipkan hinaan yang akhir-akhir ini menjadi kata favoritnya.

......
Tolong dukungannya dengan vote dan silahkan tambahkan komentar. Terima kasih-!

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang