OB :: [19]

6.4K 814 39
                                    

"Duh, si ganteng ngambek." Renjun mencolek dagu suami tan yang kini tengah menjadi sandaran punggungnya.

Setelah menariknya dari Jaemin tadi ke ruangan si lelaki tan, Haechan sudah mendiamkannya hampir 4 jam. Kalau saja Renjun tidak merengek, mungkin Haechan tidak akan mau dekat-dekat dengannya seperti ini.

Haechan berdecih, "Duh, si ganteng ngambek." Cibirnya mengulang perkataan Renjun tadi.

"Bacot. Baru bilang gue ganteng, kemaren jelek aja gue di mata lo." Sambung Haechan jengkel, namun tak membuatnya menjauh sama sekali saat Renjun tertawa sesekali mengecup pipinya.

"Ngomong sama aku kok nggak ada lembutnya sih?" Protes Renjun main-main. Pria itu hanya ingin menjahili sang suami.

Haechan berdecak, menarik tangannya yang sedari tadi Renjun genggam, "Berisik ah. Sana pergi sama Jaemin, anaknya ada di luar."

Si pria tan menunjuk pintu ruangan sebelum mendorong punggung Renjun agar tidak bersandar lagi padanya. Namun Renjun menggeleng, kembali membawa tangan besar Haechan untuk ia genggam.

"Bercanda dih, kok ngambek?"

"Kalau gue bilang Ryujin cantik, lo jelek, bakal marah gak?" Sahut Haechan dengan pertanyaan, agaknya lelaki itu sudah lelah dengan kelakuan sang suami yang terus memuji Jaemin tampan.

Nggak salah sebenarnya, Haechan akui kawannya memang tampan, yang bikin kesel itu Renjun selalu bilang dia jelek, jelek, jelek. Belum aja dia bales dendam, muji cewek atau cowok di depan si mungil langsung. Biarin aja Renjun kesel, Haechan gak peduli, pokoknya mau balas dendam.

"Ih! Kamu kok gitu? Kan-"

"Jangan sok tersakiti, gue yang tersakiti disini, bukan lo." Potong Haechan segera.

Renjun yang sedari awal duduk di antara kaki Haechan yang dibuka lebar, kini mulai memutar tubuhnya menghadap sang suami, melingkarkan kaki di pinggang Haechan.

"Marah beneran ini?" Tanya Renjun memastikan.

Haechan tidak menjawab, tapi Renjun paham saat melihat gelagat lelaki tersebut yang berusaha menjauhkan tubuh darinya.

Yang lebih tua segera mendekap leher Haechan, decakan dari lelaki tan terdengar jelas di telinga si manis, membuat Renjun semakin mengeratkan lingkaran kaki dan tangannya.

"Jangan marah dong." Rengek Renjun dengan suara kecil sembari sebelah tangannya mengelus kepala belakang sang suami.

Helaan nafas panjang terdengar, Renjun bisa merasakan bahunya terasa berat akibat Haechan yang menumpukan dagunya disana.

"Udah nggak marah?" Tanya Renjun kala Haechan membalas dekapannya.

"Berisik lo. Ngomong mulu. Mending diem." Sahut Haechan jutek.

Renjun terkekeh, mengangguk kemudian membuat gestur mengunci mulutnya sendiri walau Haechan tidak melihat hal tersebut. Ia akan menuruti perkataan pria tan itu untuk saat ini.

Haechan menggerakkan kaki kanannya untuk menyingkirkan ponsel Renjun di atas meja. Melihat layar ponsel si manis membuatnya tambah kesal.

Mendengar suara benda terjatuh membuat Renjun ingin sekali menoleh, namun tangan Haechan dengan cepat menahan tengkuk Renjun, tidak membiarkan lelaki itu melihat.

Haechan tersenyum kecil melihat ponsel milik suaminya berhasil ia buat rusak. Dengan begini, Renjun tidak akan sibuk berkirim pesan dengan seseorang yang ia sendiri tidak tau itu siapa, suaminya hanya diam saat ia terus bertanya tadi.

"Ren,"

"Hmm?"

Haechan melepaskan tahanan tangannya di tengkuk Renjun, mengarahkan wajah manis tersebut agar menatapnya, "Sayang banget gue sama lo." Aku pria tan itu.

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang