OB :: [10]

9.8K 1K 40
                                    

Cuaca siang ini terasa sangat terik, cukup untuk membuat dua orang lelaki di bawah pohon rindang yang besar mengucurkan banyak keringat di dahi serta leher mereka.

Yang tubuhnya lebih kecil perlahan menaruh koper dan tas di gendongannya demi meringankan rasa sakit di bahunya.

"Kita betulan jalan kaki?" Tanyanya di sela kegiatan memijat bahu kiri. Yang ditanya sontak menunjukkan senyumnya, senyum penuh permintaan maaf karena harus membawa pemuda itu susah bersamanya.

"Kita naik bus, bentar lagi sampai haltenya kok."

"Ah... Oke." Hanya itu respon yang dapat ia berikan. Tau diri, tidak mungkin meminta untuk naik taksi saja karena nyatanya yang membiayai seluruh perjalanan ini adalah pemuda di sampingnya.

"Lucas,"

"Hmm?"

"Renjun tau kalau kita mau ke rumahnya?"

Tidak perlu jawaban langsung, cengiran yang terpampang di wajah tampan pemuda di depannya cukup menjelaskan bahwa Lucas, tidak memberitahu kedatangan mereka pada kembarannya.

"Tenang aja, kita cuma mampir. Udah belum istirahatnya? Kita ke halte sekarang." Ujar Lucas, tangannya mengambil koper hitam milik sepupunya.

Renzio mengangguk, sementara Lucas membawa kopernya, ia akan memeluk tas besar miliknya.

Tidak ada yang berbicara selama mereka berjalan menuju halte, sesekali Lucas akan menarik tangan sepupunya itu karena jalan Renzio terasa sangat lambat untuknya.

"Duduk disini, gue beli minum dulu disana." Tunjuk Lucas ke arah vending machine tidak jauh dari halte.

Renzio mengangguk, mengambil alih koper di tangan Lucas dan duduk di bangku yang sudah di sediakan.

Setelah dua tahun Lucas membawanya ke China, kini ia kembali untuk mengunjungi saudara kembarnya. Hubungannya dengan Renjun tidak bisa di bilang dekat, terbilang cukup asing untuk saudara kembar yang umumnya selalu bersama.

Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Renjun saat ini? Terakhir kali dirinya dan Renjun saling memberi kabar adalah satu bulan yang lalu.

Dirinya terlalu sibuk dengan kuliahnya hingga sering kali Chat dari saudara kembarnya tidak sengaja ia abaikan.

Renzio mengambil ponsel di saku hoodie miliknya, memutar-mutar ponsel pemberian Lucas karena bimbang ingin menghubungi Renjun sekarang atau tidak perlu.

Suara deruman bus yang mendekat membuat dirinya dan juga Lucas yang baru saja kembali dengan dua minuman kaleng di tangan lelaki itu bergegas untuk bersiap.

Saat beberapa penumpang turun, Lucas menarik tangan Renzio untuk segera naik sebelum bus kembali melaju. Mereka duduk di bangku paling belakang, karena hanya disana kursi yang tersisa untuk mereka.

Lucas yang menyadari sepupunya itu memegang ponsel dan terlihat ragu, mulai bertanya, "Kenapa?"

"Boleh aku chat Renjun?"

Dahi Lucas mengkerut pertanda bingung dengan pertanyaan pemuda di sampingnya, "Kenapa harus izin? Chat aja, handphone nya juga punya lo kan?"

Renzio mengangguk, "Iya."

"Yaudah sana Chat. Jangan minta izin terus Ren, semua barang yang gue kasih itu udah jadi punya lo." Ucap Lucas dengan nada kesal yang kentara sekali.

Renzio tersenyum mendengarnya, kini pandangannya fokus teralih pada layar ponsel yang menunjukkan room chat dirinya dan Renjun. Tangannya bergetar, ragu-ragu ingin memulai percakapan dengan saudaranya.

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang