OB :: [4]

9.8K 1.3K 101
                                    

Dua hari setelah Haechan meninggalkannya, Renjun merasa biasa saja, ia tidak khawatir atau apapun itu. Masih foya-foya pesan makanan ini dan itu, jalan-jalan bersama Chenle ataupun mamanya.

Sampai akhirnya dihari ketiga Haechan benar-benar tidak ada kabar seharian. Renjun yang memang anaknya gampang overthinking mulai cemas, takut kalau suaminya kenapa-napa.

Ia ingin menghubungi suami tan nya itu namun terlalu takut, takut kalau ternyata Haechan memang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Jadilah ia menunggu sampai hari keempat. Tapi tetap, Haechan tidak ada mengabarinya sampai hari keempat. Ia sering membaca cerita tentang perselingkuhan seorang CEO dengan sekretaris nya saat mereka bisnis keluar negeri. Dan dirinya mulai memikirkan hal tersebut.

Tapi... Setau Renjun, Jaemin itu dominan. Haechan? Renjun meragukannya, suaminya itu lebih sering terlihat seperti seorang submisif di matanya.

Bertepatan dengan hal tersebut, Jaemin memposting sebuah foto di Instagram, foto Haechan dan Jaemin sedang makan di sebuah restoran.

Otaknya masih berpikir positif. Setiap hari Haechan dan Jaemin memang sering makan siang bersama, lagipula tidak mungkin suaminya selingkuh. Haechan bilang dirinya sudah sangat sempurna, masa iya Haechan selingkuh?

Seharian ini Renjun hanya melakukan pekerjaan sehari-harinya seraya memikirkan pria tan itu. Ia juga masih menunggu kabar dari Haechan namun sampai hari berakhir, Haechan sama sekali tidak menghubunginya.

Dimulailah overthinking tidak jelas Renjun. Ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu terjadi sampai akhirnya lelah dan tertidur.

......

"Makan dulu hyung, Haechan hyung hari ini pulang kok."

Renjun tetap menggeleng, kepalanya terus bergerak kesana kemari demi menghindari sesendok bubur dari tangan Jisung.

"Hyung, makan 3 sendok aja." Kali ini Chenle yang mengawasi di samping lemari ikut bersuara. Ia gemas, rasanya mau buka paksa mulut Renjun.

Sepasang kekasih itu menghela nafas panjang melihat Renjun yang kembali menggeleng, masalahnya perut Renjun belum terisi apa-apa sejak kemarin. Selain karena ancaman Haechan yang akan menggepreknya, Jisung juga khawatir kalau hyung tersayangnya akan tumbang.

Jisung menoleh menatap Chenle, melirik Renjun dengan ujung matanya. Mengerti dengan kode tersebut, Chenle mendekati Renjun kemudian duduk di sampingnya. Perlahan merangkul bahu yang lebih tua.

"Haechan hyung lagi jalan pulang, tapi kalau hyung gak mau makan bubur ini sampai habis, Haechan hyung nggak akan pulang langsung kesini." Ucap Chenle sesuai perintah Haechan semalam.

Tapi bukannya termotivasi untuk makan dan menghabiskan bubur yang telah disiapkan, Renjun malah menatap pemuda kelahiran China disampingnya dengan mata berkaca-kaca.

"Haechan... mau kemana?" Tanya Renjun dengan suara bergetar, siap untuk menangis lagi.

Sementara itu Jisung sudah gelagapan, ia takut mata Renjun sakit karena terus menangis.

Ia pernah mengalami hal ini, Renjun yang sakit memang akan manja, sangat manja nyerempet ke beban bagi siapapun yang mengasuhnya.

Tapi Renjun penurut kalau disuruh makan dan minum obat. Tapi kenapa sekarang malah nggak mau? Padahal bubur ini dibuat langsung oleh tangannya sendiri seperti biasanya.

"Hyung, Haechan hyung pulang kok. Tapi makan ini dulu ya?" Jisung masih belum menyerah. Ia akan mencoba sekali lagi, kalau Renjun masih tidak mau, ia akan memanggil mama Irene.

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang