OB :: [21]

9.1K 745 132
                                    

Warn! Kata frontal.

......

"Woi jelek, mau gak?"

Renjun melangkah mendekati Haechan yang tengah terduduk diam di teras rumah mereka, sebelah tangannya yang memegang susu coklat ia sodorkan di depan wajah si suami tan.

Haechan menggeleng, sebelah tangannya menarik pinggang Renjun, mengajak Renjun untuk ikut duduk di sampingnya.

"Ngapain kamu duduk di luar? Udah malem, dingin." Renjun kembali membuka suara karena Haechan sama sekali hanya diam menatap lurus ke arah mobil mereka.

Pertanyaan yang dilontarkan Renjun tak dijawab oleh Haechan, lelaki berkulit tan itu malah menyandarkan kepalanya di bahu sempit sang suami.

"Kenapa sih? Gayanya kayak orang yang lagi galau." Celetuk Renjun lagi.

Haechan menggeleng, kedua tangannya memeluk pinggang Renjun dari samping, sementara wajahnya ia tenggelamkan di ceruk leher lelaki manis tersebut.

"Aneh, kenapa sih?" Tanya Renjun sedikit memaksa karena dirinya sudah mulai penasaran. Perasaan tadi pulang dari rumah orang tuanya, Haechan masih biasa saja. Tapi kenapa tiba-tiba jadi galau gini suaminya?

"Haechan." Panggil Renjun sedikit tegas.

Sekali lagi, Haechan menggeleng kuat, kini dibarengi dengan rengekannya, "Gak tauu, aku gak ngerti."

"Gak ngerti apaa?" Balas Renjun juga dengan nada merengek. Haechan menggeleng lagi, "Gak tau, aku gelisah, kayaknya aku emang lagi galau." Jawab Haechan pelan.

Renjun menghela nafas panjang, gelas berisi susu yang sedari tadi ia pegang ditaruhnya di samping tubuh, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap rambut Haechan sementara tangan kirinya mengusap lengan Haechan yang ada di perutnya.

"Mood swing." Ujar Renjun. Haechan hanya diam karena menurutnya juga memang seperti itu, entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak, hatinya benar-benar merasa ada sesuatu yang sepertinya tidak benar.

"Ke dalem yuk? Di luar dingin. Naikin mood kamu di dalem aja, kita nonton film atau apa kek."

"Disini dulu aja." Tolak Haechan.

Renjun meringis, bokongnya sudah terasa dingin lantaran mereka berdua duduk di lantai, bukan bangku yang ada di teras. Tapi dia juga tidak ingin memaksa dan membuat Haechan semakin badmood nantinya, maka dari itu ia memilih untuk diam saja, menuruti keinginan Haechan.

"Yaudah, iya." Sahutnya.

Mendengar sahutan Renjun, Haechan mendongak dengan alis yang mengkerut, "Marah?" Tanya Haechan pelan.

"Hah? Enggak."

"Itu cuek." Sahut Haechan cepat.

Renjun menghela nafasnya, moodnya sedang baik, ia tidak ingin bertengkar lagi dengan Haechan. Maka dari itu, ia memilih untuk diam. Tapi ternyata, keputusannya itu salah, dibuktikan dengan Haechan yang merengek seraya mengusalkan wajahnya di lengan kurus Renjun seperti kucing.

"Renjunnie~ Kamu marah ya?" Rengek Haechan manja. Mata lelaki itu terlihat sedih dengan bibir mengerucut kala menatap wajah tanpa ekspresi suaminya.

Helaan nafas panjang Renjun hembuskan, dirinya dengan paksa melepas pelukan Haechan karena lelaki itu betul betul enggan melepasnya.

Sebelah tangan Renjun terulur di depan wajah Haechan, meminta yang lebih muda untuk segera bangkit dari duduknya. Namun Haechan menggeleng, lelaki itu malah sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain membuat Renjun bingung sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang