Tuk... Tuk... Tuk...
Mama Lee menghela nafasnya, melirik sekilas ke arah sang anak yang terus saja mengetuk jari-jarinya ke meja dengan sekaleng soda di tangan kirinya. Telinganya mulai terganggu mendengar ketukan jari tersebut sejak 5 menit yang lalu.
"Ma,"
Mama Lee hanya berdeham, wanita paruh baya itu memasukan sayuran yang telah dipotongnya ke dalam sebuah mangkuk besar sebelum berbalik dan menyalakan keran air untuk mencuci sayuran tersebut.
"Kalau ternyata Renjun hamil, gimana?" Tanya Haechan seraya menolehkan kepalanya demi melihat wajah sang Mama.
"Ya bagus lah. Kenapa? Kamu belum mau punya anak?" Kini mama Lee mengalihkan pandangannya dari sayuran ke wajah Haechan.
Pria tan itu menggeleng pelan, "Aku mau kok, siapa yang gak mau punya anak." Jawabnya.
"Terus? Kenapa?" Tanya mama Lee lagi.
Kali ini Haechan terdiam, memandang lurus ke arah pintu kamar mandi yang belum juga terbuka. Bagaimana reaksi Renjun nanti kalau ternyata pria manis itu hamil?
Haechan sangat ingat dengan fakta kalau Renjun tidak menyukai anak-anak. Itu Renjun ucapkan kala mereka mengasuh keponakan Chenle yang berusia 7 tahun.
"Brengsek. Bocil nyebelin banget sumpah. Urus aja sama kamu sana! Aku gak suka bocah, ngerepotin."
Tanpa sadar Haechan meremat kaleng soda yang ada di genggamannya, ia cemas. Takut kalau pikiran negatif tentang Renjun yang akan marah saat melihat dua garis merah di ketiga test pack pemberian sang mama.
"Kamu kenapa deh Chan?" Tanya mama Lee kala melihat anaknya melamun.
Haechan menggeleng pelan, melempar kaleng soda kosongnya dan tepat masuk ke dalam tempat sampah di samping kaki sang mama.
Pintu kamar mandi terbuka, sontak membuat sepasang ibu dan anak itu menoleh. Renjun hanya diam menatap dua orang di depannya, tangannya menggenggam kuat ketiga test pack. Sorot matanya tidak dapat Haechan artikan.
Mama Lee segera berlari mendekat ke arah Renjun, sesampainya, sang menantu memberikan tiga test pack ke tangannya.
Haechan menggigit bibirnya cemas, walau yang ada di depan Renjun adalah mamanya, tapi entah kenapa wajah tanpa ekspresi itu tetap mengarah padanya.
Namun wajah datar itu tak berlangsung lama saat pekikan nyaring mama Lee terdengar dan tubuh si manis dibawa ke dalam pelukan sang mertua.
Senyum lebar tercetak di wajah si manis, ia tertawa kecil saat wajahnya di cengkram sang mertua kemudian dahinya di kecup berkali-kali. Meninggalkan beberapa bekas lipstik disana.
Haechan menghela nafas lega, ia kira Renjun akan marah atau apapun itu. Dirinya juga sudah tau, pasti hasilnya positif, dilihat dari bagaimana mamanya terlihat sangat senang.
"Haechan, kamu mau diem aja disitu?" Tegur mama Lee setelah melepaskan pelukannya.
Anak ketiga keluarga Lee itu menggeleng, berjalan pelan menuju istrinya. Masih tidak yakin kalau si manis baik-baik saja.
Renjun yang merasa Haechan berjalan sangat lambat akhirnya berjalan cepat untuk menubrukan tubuhnya dengan tubuh lelaki itu.
Ia memeluk erat leher yang lebih muda beberapa bulan darinya, begitu pula Haechan yang balas melingkarkan kedua tangannya di pinggang Renjun.
"Makasih." Bisik Renjun.
Haechan menggeleng pelan, "Aku yang makasih."
"Kamu hebat, bisa bikin aku hamil." Renjun mengecup singkat telinga pria tan di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby | Hyuckren
Fanfictie[NP S2 :: Our Baby.] Renjun yang sedang mengandung itu mengerikan menurut Haechan, pemuda manisnya seakan-akan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Renjun juga merasakan hal yang sama, Haechan seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh.