OB :: [20]

8.3K 859 66
                                    

Haechan terus mengulum senyum mendapati Renjun sejak tadi berjalan seraya menautkan jari-jari tangan mereka. Sebelah tangan Haechan digunakan untuk membawa keranjang belanja sementara Renjun yang mengambil dan memilih apa saja yang harus keduanya beli.

Haechan udah niat banget dalam hati saat Buntelan lahir nanti, dia bakal makasih banyak banyak karena bikin papa nya mau nempel terus sama daddy nya.

Kapan lagi Renjun nggak gengsi kayak gini.

Saat Renjun asik melihat-lihat deretan dimana kumpulan daging dijual, mata Haechan tidak sengaja menangkap kamera CCTV tepat di pojok ruangan yang mengarah ke mereka berdua.

Haechan berdeham, kepalanya menoleh memperhatikan sekitar sebelum akhirnya meminta Renjun untuk melihat kamera tersebut.

"Ren, liat ke atas pojok kanan." Suruh Haechan yang dengan segera Renjun patuhi.

Merasa tidak ada yang aneh, Renjun memicingkan matanya, "Kena-"

Cup

Satu kecupan di bibir berhasil Haechan curi dari Renjun. Dirinya tersenyum girang seraya menatap ke arah kamera CCTV yang Haechan yakini tengah merekam segala kegiatan para pengunjung disini, termasuk adegan Renjun dengannya tadi.

Sementara Renjun sendiri wajahnya memerah menahan malu dan kesal sebab kelakuan tidak tau malu suaminya.

"Aduh sakit!" Keluh si lelaki tan kala mendapatkan satu injakan kuat di kakinya dari pemuda manis disebelahnya. Tidak hanya itu, lengannya juga mendapatkan pukulan cinta dari Renjun.

Suara geplakan nyaring tersebut berhasil membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.

"Tau malu sedikit, Haechan." Tegur Renjun kesal. Hendak membubuhi satu pukulan lagi namun keburu ditahan oleh lelaki tan itu. "Maaf, maaf, tadi iseng aja. Aku bosen hehe." Jelas Haechan dengan cengiran menyebalkan.

Renjun mendesis kesal, mendorong bahu suaminya agar menjauh sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Haechan disana sendiri.

Renjun malu punya suami gak tau malu kayak Haechan.

Suara ribut derap langkah kaki dari Haechan membuat Renjun lebih mempercepat langkahnya, enggan berdekatan lagi dengan lelaki itu, "Ren, tungguin dong!"

"Berisik banget, Lee Haechan." Sahutnya pelan.

"Renjuunn!" Panggil Haechan mengejar Renjun yang terus menghindarinya.

Pria manis itu berdecak malas, menghentikan langkahnya sejenak seraya menoleh, "Apaan sih? Berisik. Cepetan makanya, lari." Suruh Renjun kesal. Mengulurkan tangannya agar ia dapat membawa Haechan bergerak lebih cepat.

Lelaki tan itu tersenyum cerah, berjalan sembari melompat-lompat kecil seperti anak-anak membuat Renjun kembali mengomel dan meminta Haechan menjaga sikapnya. Yang tentu saja tidak dituruti oleh Haechan.

"Kita ke rumah mama bentar." Ujar Renjun sembari memasukan beberapa buah-buahan ke dalam keranjang.

"Nginep?"

"Nggak, kamu kan besok kerja." Sahutnya, "Mampir bentar aja, abis itu kita pulang." Lanjut Renjun mendapat anggukan dari lelaki disampingnya.

Haechan beralih merangkul bahu suaminya, membawa pria tersebut menuju ke kasir, sudah cukup untuk hari ini. Kalau diteruskan bisa-bisa Renjun bablas dan mengambil apa saja yang pria itu inginkan.

"Udah sayang, cukup. Udah penuh." Ujar Haechan mengangkat sebelah tangannya, sementara Renjun menunjukkan cengirannya, "Perasaan tadi masih dikit."

"Dikit apanya? Satu setengah jam kita keliling, tangan kamu juga gak berhenti ngambil ini itu. Mana ada dikit."

"Kamu katanya kaya. Segini mah dikit, kamu nya aja pelit."

"Hemat, Renjun. Bukan pelit." Koreksi Haechan, menjawil hidung suaminya gemas. Renjun hanya mengangguk saja dan tidak mengeluarkan sepatah kata lagi. Tangannya yang kosong kembali meraih sebelah tangan Haechan untuk ia genggam, memainkan jari-jari panjang tersebut sembari menunggu antrian di depannya.

Sementara Haechan terus menatap Renjun tanpa melunturkan senyuman di wajahnya sejak tadi, tanpa melihat sekitar kembali membubuhi satu kecupan di pucuk kepala sang suami yang tengah menunduk memainkan jari-jarinya.

Reaksi Renjun kali ini tidak protes seperti beberapa saat yang lalu, pria itu tanpa menatap Haechan ikut membubuhkan satu kecupan di punggung tangan lelaki tan tersebut. Mengecupnya cukup lama sampai berhasil membuat Haechan salah tingkah dan berakhir menarik tangannya sendiri.

"Kenapa?" Tanya Renjun dengan tawa kecil melihat Haechan memalingkan wajah enggan menatapnya.

Merasa diabaikan, tangan mungil si manis meraih sebelah pipi Haechan, mengarahkan wajah tersebut agar menoleh menatapnya.

"Muka kamu merah, Chan."

"Jangan gitu." Sahut Haechan cepat.

"Gitu apa?" Tanya Renjun polos, dan Haechan tau kalau suaminya ini tengah berpura-pura alias tengah menggodanya.

Maka dari itu ia hanya diam, menarik tangan Renjun saat dua orang di depan mereka sudah selesai dengan belanjaannya.

"Jangan gitu lagi, aku kaget." Ujar Haechan setengah berbisik sembari menaruh keranjang belanja di meja kasir.

......

"Ke rumah mama?" Tanya Haechan setelah menutup pintu mobil, melempar satu bungkus makanan ringan pada Renjun karena suaminya tadi mengeluh lapar.

"Hmm." Gumam Renjun seraya membuka bungkus makanannya.

Haechan tidak menanggapi lagi, membiarkan Renjun asik dengan makanannya sementara ia akan fokus melihat ke depan.

Tapi baru 10 menit keduanya terdiam, suara-suara rusuh sudah terdengar dari kursi yang Renjun duduki. Lelaki tan itu hanya melirik sekilas, tak ada niatan untuk bertanya ada apa dengan Renjun.

"Chan? Liat ponselku?" Yang ditanya menggeleng tanpa menoleh, membuat Renjun mendengus panik karena ponsel sudah seperti belahan jiwanya yang harus selalu ada di dekatnya.

"Hp aku ada, pake aja."

Renjun menggeleng ribut, "Nggak mau, kayaknya ketinggalan deh, Chan."

'Emang. Kan aku jatuhin tadi' Jawab Haechan dalam hati, "Cari dulu, keselip kali." Namun lain yang keluar dari mulutnya.

"Nggak ada. Balik ke kantormu aja deh." Pinta Renjun segera setelah yakin kalau ponselnya memang tertinggal.

Haechan menoleh singkat, tersenyum kecil seraya mengelus pucuk kepala Renjun, "Besok ya, kalau muter balik jauh, nanti sampe di rumah mamanya kemaleman." Ujarnya memberi pengertian.

"Nggak mau nginep kan katanya tadi?" Lanjut Haechan mendapat anggukan kecil dari si manis.

"Tapi-" Ucapan Renjun terhenti saat Haechan tiba-tiba menyodorkan satu ponsel di depan wajahnya.

"Hp ku ada dua. Ambil yang ini, isinya cuma game." Potong Haechan sebelum Renjun menyelesaikan kata-katanya. "Besok ponselmu aku ambilin. Sekarang pake dulu yang ada."

Setelah mengatakan hal tersebut, Haechan segera menaruh ponsel tersebut di paha si manis karena Renjun tak kunjung menerimanya.

Menepuk pelan paha Renjun sebelum matanya kembali menatap ke depan. Kini Haechan hanya tinggal memikirkan bagaimana cara membetulkan ponsel sang kekasih karena saat terjatuh tadi, ia bisa melihat kalau layar ponsel tersebut tiba-tiba menghitam.

......
Tolong dukungannya dengan vote dan silahkan tambahkan komentar. Terimakasih-!

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang