OB :: [3]

10.4K 1.4K 106
                                    

Jaemin terbangun dari acara tidurnya karena terganggu dengan suara berisik di kamar mandi. Dengan mata tertutup ia meraba-raba nakas di samping tempat tidur, mengambil ponsel hanya untuk melihat jam.

Masih pukul 5 pagi, ia segera bangkit kala tangannya tidak menemukan tubuh sang sahabat di sampingnya.

Jaemin berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata setengah tertutup, mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Benar, ada Haechan di dalam sana, sedang menatap cermin dengan wajah yang pucat.

Tunggu.

Pucat?

Seketika itu juga mata Jaemin terbuka lebar, kantuknya menghilang terganti dengan rasa takut. Ia menoleh ke arah ranjang, masih tidak menemukan sahabatnya disana.

Ia berlari menuju saklar lampu, kamar yang tadinya remang-remang menjadi sangat terang. Setidaknya kalau ada hantu nanti, ia tidak terlalu takut.

"Chan?" Panggilnya. Siapa tau yang dikamar mandi bukan temannya kan?

Tidak ada sahutan.

"Haechan?" Panggilnya lagi namun lebih keras.

Kali ini pintu kamar mandi terbuka sempurna, menampilkan Haechan dengan wajah pucat serta rambut yang basah berjalan lunglai menuju ranjang mereka.

Pria tan itu tidak melakukan apapun setelah duduk di pinggir ranjang, hanya diam dengan sorot mata kosong, sangat menyeramkan menurut Jaemin.

Ia berjalan perlahan mendekati Haechan, "Lo kenapa?" Tanyanya pelan.

Yang ditanya hanya diam, tak ada niat untuk merespon pertanyaan temannya.

"Haechan? Jangan diem lah, serem banget serius. Lo beneran Haechan kan?" Kali ini Jaemin sudah ada di samping Haechan, mencolek-colek lengan sahabatnya pelan.

Tiba-tiba Haechan menutup mulutnya dengan tangan, kemudian bangkit dan berlari menuju kamar mandi. Jaemin yang bingung dengan tingkah sahabatnya hanya mengerjapkan matanya berkali-kali, masih belum mengerti dengan keadaan.

Sampai akhirnya Haechan kembali lagi ke ranjang, kali ini pemuda itu langsung merebahkan tubuhnya.

"Lo sakit?"

Haechan menggeleng, "Mual doang, pusing dikit."

"Kenapa? Perasaan semalem biasa aja, homesick?" Jaemin menempelkan tangannya di dahi sang kawan, biasa saja, tubuh Haechan tidak panas atau dingin.

"Mungkin." Gumam Haechan.

"Baru empat hari ninggalin Renjun, masa udah homesick?"

"Diem deh Jaem, gue pusing." Tutur Haechan seraya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Menghela nafas, Jaemin kembali naik ke ranjangnya, ia tidak langsung tidur namun menyingkap selimut yang menutupi wajah sang kawan.

Haechan sempat protes namun kembali diam kala tangan besar Jaemin memijat pelan dahinya.

"Tidur lagi, lo kangen Renjun makanya begini." Ucap Jaemin.

Haechan mengangguk, mengucap terima kasih sebelum menyamankan posisi tidurnya.

Tubuhnya terasa lemas setelah hampir 15 menit bolak-balik ke kamar mandi hanya karena rasa mual dan pusing yang tiba-tiba menyerang.

Sepertinya saat dirinya terbangun nanti, hal pertama yang ia lakukan adalah menghubungi si manis, tidak peduli perbedaan waktu mereka yang cukup jauh.

Hanya itu obat terampuh baginya.

......

"Chan? Kenapa nggak di makan? Kamu kurang suka makanannya?" Tanya Wonwoo saat melihat adik iparnya hanya diam menatap nasi tanpa menyentuhnya.

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang