OB :: [15]

6.8K 959 247
                                    

"Bisa gak sih sekali aja, sekali, beneran sekali, kamu gak gangguin aku kerja? Kamu jangan nempelin aku terus dong, Ren. Kamu cerewet banget, aku pusing. Kerjaan aku ini lagi banyak banget, papa nuntut aku buat selesai malam ini juga. Jadi tolong, kamu pergi dari ruangan ini, biarin aku sendiri. Bisa kan?"

Belum saja Renjun mengeluarkan suara, Haechan sudah memutar kursinya kembali hingga membelakangi Renjun yang terdiam kaget dengan tingkah Haechan barusan.

"Keluar, Ren." Haechan kembali bersuara saat merasakan Renjun tidak bergerak sama sekali dari tempatnya.

"Ngusir?"

Helaan nafas kasar kembali terdengar dari si dominan, "Menurut kamu? Sekarang keluar. Aku capek ditempelin terus sama kamu." Ucap Haechan penuh penekanan.

Wajah si manis kini berubah masam, dirinya berjalan keluar ruangan dengan hentakan keras lantaran kesal. Dirinya merasa tidak melakukan kesalahan apapun sejak tadi. Ia juga hanya diam seraya memeluk leher sang suami dari belakang. Ya memang sih, sedikit curhatan ia lontarkan, benar hanya sedikit. Dirinya hanya mengungkapkan keinginannya bertemu dengan Mama, Papa, Doyoung, dan Ryujin.

Masa salah?

Ah gak tau deh, sekarang Renjun kesal. Badmood. Mau mukul orang. Mau mukul Haechan tepatnya.

Rumahnya kembali sepi, Renzio sudah pulang ke rumah Lucas. Mau ngajak Chenle main tapi ini sudah hampir jam 9 malam. Masih sore sih menurut Renjun, tapi nggak enak juga sama Jisung.

"AAAAAAAAAAA MAU MAKAN ORANG." Teriak Renjun kesal di tengah-tengah anak tangga menuju ruang tengah. Tak peduli dengan Haechan yang akan kembali terganggu, atau mungkin mengganggu Chenle dan Jisung yang tinggal di rumah sebelahnya.

Tungkainya melangkah cepat menuju pintu utama, melongok keluar mendapati jalanan komplek yang sepi.

"Haechan nyuruh gue keluar kan tadi ya?" Monolog Renjun pelan.

Dirinya meraba saku kantung celana bahannya, tersenyum saat melihat beberapa lembar uang yang mungkin akan ia perlukan nanti.

Ia menutup pintu rumahnya perlahan sebelum berlari kecil keluar pagar, sedikit merinding melihat jalanan yang lenggang, tapi karena terang Renjun tak masalah.

Sebelum melangkah, Renjun menunduk dan mengelus pelan perutnya, "Malem-malem gini enaknya jalan-jalan keliling gak sih? Kamu setuju gak sama papa? Harus setuju sih. Kita cari om-om ganteng yang bisa manjain papa. Si jelek lagi badmood soalnya."

Jujur, Renjun jarang banget keluar malam-malam gini. Kayaknya selama dia tinggal di komplek sini, Renjun belum pernah keluar malam sendiri. Biasanya selalu Haechan yang nemenin dia.

Tapi entah kenapa, ngeliat jalanan yang sepi, ditambah cuacanya lagi bagus, Renjun jadi mau jalan-jalan.

Renjun tidak punya tujuan pasti, ia hanya membiarkan kakinya melangkah tanpa arah, entah membawanya kemana.

"Bun, kamu kenapa sih? Jangan minta papa buat deket-deket terus sama si jelek dong. Papa gak mau keliatan bucin sama dia, idih geli banget gak sih kalau papa ganteng kamu ini harus sok imut depan dia?"

"Buntelan, kamu minta yang lain dong, nempel sama om Jeno gitu, dia kan ganteng Bun. Kamu tuh jangan suka sama si jelek, nanti kamu jelek. Kalau kamu nempel om Jeno, nanti kamu bakal mirip sama om Jeno. Widih, apa gak kece banget tuh entar? Kamu bakal nurun kegantengan om Jeno, Bun."

"Atau deket-deket sama kakek mu aja gimana? Nanti kamu ketularan kaya, hartanya gak akan habis sampai 50 turunan. Lebih malah. Atau om Jisung aja, nanti kamu bisa tinggi tumbuhnya. Papa sama si jelek cuma beda 4 atau 3 senti doang soalnya, nanti kamu ikutan pendek."

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang