Sekarang hari senin, Renjun sudah siap dengan setelan hoodie putih oversize dengan celana jeans hitam serta sepatu casual miliknya, terlihat sangat sederhana.
Berbanding terbalik dengan Haechan yang super duper rapi menggunakan setelan jas single breasted berwarna abu-abu dipadu kemeja putih dan dasi hitam serta sepatu model plain toe hitam yang membungkus indah kakinya.
Kini keduanya berada di depan cermin, saling menatap lewat pantulan diri mereka masing-masing. Renjun terkekeh geli melihat wajah masam yang Haechan pasang sejak 5 menit yang lalu.
"Beneran deh Njun, aku kok kayak bapak-bapak mau nganter anaknya main?"
Renjun tergelak mendengar celetukan yang keluar dari mulut Haechan, ia berbalik membuat tatapan Haechan kini terarah padanya.
"Kenapa kamu gak bilang sama mama kalau hari ini ada meeting? Kamu jadi harus pakai setelan formal gini." Ujar Renjun, jari-jarinya menata kembali rambut Haechan yang sedikit berantakan.
Haechan menghela nafas panjang, "Aku kira mama buat janji sama tante Yerin siang, taunya pagi."
Renjun mengangguk pelan, selesai dengan rambut Haechan dirinya menepuk-nepuk bahu pria tan itu, "Gapapa, ganteng kok, ayo pergi. Nanti kamu telat kalau kita berangkatnya kelamaan."
Haechan mengangguk pelan, pasrah saat tangannya di tarik menuju mobil oleh Renjun.
"Kamu mau langsung pulang atau ikut aku ke kantor?" Tanya Haechan saat Renjun baru saja masuk dan duduk di samping pria itu.
Renjun menggedikkan bahu, "Belum juga berangkat, kamu udah nanya aja pulangnya kemana."
"Ya... Siapa tau kamu mau ikut aku, jadi gak perlu buru-buru pulangnya nanti." Ujar Haechan, tangannya memberi gestur agar Renjun memakai sabuk pengamannya.
"Nanti deh, aku belum tau mau ngegabut di rumah atau di kantormu- Argh! Ngapain sih?!"
Haechan tersenyum hingga matanya menyipit, tanpa mengatakan apapun kembali melihat kedepan dan bersiap untuk melajukan mobilnya.
Renjun mendelik, mengusap telinganya yang nyeri akibat tarikan tangan Haechan tadi. Liat saja, ia akan balas dendam nanti.
......
"Sayang, maaf, aku tunggu di luar dulu ya? Nanti kalau udah selesai aku nyusul."
Haechan menunjukkan layar ponselnya, nama Na Jaemin terpampang di sana. Mengerti kalau itu penting, Renjun mengangguk pelan sebelum memasuki ruangan dokter kandungan yang mana itu adalah tantenya Haechan sendiri.
Haechan menjauh dari sana untuk mencari tempat yang sekiranya sepi.
"Apa?" Tanya Haechan tanpa basa basi saat suara Jaemin terdengar.
"Dimana?"
"Masih di rumah sakit. Kenapa?"
"Berapa lama lagi?"
"Setengah jam. Kenapa? Udah dateng?"
"Udah."
Alis Haechan menukik, mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam, "Cepet banget? Perasaan mulainya jam 10?"
"Emang, tapi gapapa, mereka masih bisa nunggu katanya. Renjun lo bawa aja kesini, biar gak kelamaan bolak-balik."
"Bukan mau modus kan lo?"
"Ya Tuhan Chan, kapan sih gue modusin istri lo?"
"Sebulan yang lalu waktu kita liburan, lo sama Jeno ada niat bawa Renjun kabur waktu gue lagi sibuk sama Jisung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby | Hyuckren
Fanfiction[NP S2 :: Our Baby.] Renjun yang sedang mengandung itu mengerikan menurut Haechan, pemuda manisnya seakan-akan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Renjun juga merasakan hal yang sama, Haechan seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh.