OB :: [16]

7K 970 100
                                    

Bruk!

Tubuh besar salah satu pria yang hendak menyerang si mantan berhasil Renjun taklukkan dengan cara menendang belakang lutut si lawan. Renjun tertawa kecil kala kaki pria itu mendadak terlihat loyo dan tubuhnya terjatuh begitu saja.

Lucu, pikirnya.

Renjun mengangkat dagu dan tersenyum angkuh menantang pria di hadapannya sudah kembali bangkit, kilat amarah tampak dari kedua mata sang empu.

"Apa? Gak terima? Jangan keroyok temen saya dong. Sini maju." Tantang Renjun.

Pria di hadapan Renjun tentu saja seketika terpancing mendengar ocehan yang keluar dari mulut si manis. Ditambah keadaan pria itu sedang mabuk, membuat emosi tidak dapat diatur.

Kepalan tangan besar itu melayang tepat hampir mengenai wajah si manis, namun Renjun yang bertubuh mungil bisa dengan baik menghindar dengan sedikit mundur ke belakang.

"Wlee~ gak kena." Ejek Renjun.

Entah pria dihadapannya yang terlalu payah atau gimana, tapi pertarungan Renjun dengan pria itu terlihat seperti main-main, lain cerita dengan si mantan dan lawannya yang sangat serius. Pemuda itu bahkan terkena beberapa pukulan di wajahnya.

Bugh!

Satu pukulan telak mengenai wajah sebelah kiri Renjun.

'Emang, gak boleh sombong dulu.'

Gantian, sekarang malah pria bertubuh besar itu yang tertawa mengejek Renjun.

"Kaget! Bilang-bilang dong kalau mau mukul!" Protes yang lebih kecil kesal.

Tak ada sahutan, pria itu kembali melayangkan pukulan namun kali ini Renjun bisa menghindar dan membalas pukulan si pria.

Renjun dalam hati mengagumi kemampuan bertarung pria dihadapannya, walau mabuk, dua pemuda yang mereka hadapi ini seperti bertarung tanpa pengaruh alkohol seperti yang ia lihat dalam film atau drama.

"Ren, jangan bengong!"

Tepat setelah teriakan si mantan, Renjun kembali terkena pukulan di pelipis, membuat Renjun ambruk karena rasa pusing yang diperolehnya.

"Argh!"

Renjun sontak berguling saat melihat kaki si pria hendak menendang perutnya.

"Guan!" Teriak Renjun meminta bantuan, dadanya sesak kala si pria mengubah sasaran menjadi menginjak dadanya kuat.

Beruntung Guanlin bisa dengan cepat melumpuhkan pria yang menjadi lawan Renjun tadi dengan cara menyikut lehernya. Kemudian membantu Renjun untuk berdiri sebelum keduanya berlari menjauh dari sana.

Setelah berlari selama beberapa menit, Guanlin menghentikan langkahnya, begitupula Renjun yang sudah memegang pinggang dengan nafas memburu.

"Hah... Capek..." Keluh Renjun disetujui oleh Guanlin.

"Mau langsung pulang?" Tanya pria tinggi tersebut.

Renjun kontan menggeleng, dirinya tidak mungkin pulang dengan kondisi seluruh wajah yang masih sakit. Maka dari itu, ia meminta Guanlin untuk berjalan sebentar ke supermarket dan mengompres wajah keduanya dengan es.

"Muka lo, gapapa?" Tanya Renjun ditengah perjalanan. Guanlin menggeleng pelan sebagai respon. "Harusnya lo yang gue tanya begitu."

"Gapapa sih gue juga." Jawab Renjun dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"Random banget sumpah, emang gak boleh keluar malem-malem. Banyak manusia aneh." Lanjut Renjun.

Pria tinggi disampingnya hanya mengangguk, menarik tangan yang lebih mungil untuk duduk salah satu bangku di depan supermarket.

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang