Chapter 25

1.2K 218 65
                                    

Terlihat matahari sudah hampir memasuki waktu untuk terbenam, langit menggelap dan juga angin yang terasa begitu dingin.

Jisoo mengeratkan mantelnya dengan satu tangan, seraya berjalan kaki bersama Kim Taehyung. Jalanan sepi menuju rumahnya.

Sekitar satu jam yang lalu mereka telah sampai di Pyongyang, dan setelah turun dari kereta mereka menyempatkan waktu untuk makan dan berjalan kaki. Walau Jisoo tahu keberadaan Taehyung adalah bahaya, tetapi ia berusaha mencari cara agar tidak ada satu pun yang tahu. Kim Taehyung bersikeras ingin mengantarnya hingga di sinilah pria itu.

Ya, tentu saja Jisoo memilih jalan yang sedikit orang tahu, dan lagi rumahnya memang jauh dari pemukiman lain.

Jujur saja, hari ini adalah hari yang baik, tapi entah mengapa rasanya berubah saat suasana menjelaskan batasannya. Semua hal seolah memberitahu inilah saatnya Jisoo dan Taehyung berpisah. Oh, memilukan.

"Jisoo." Panggil Taehyung dengan suara rendah.

"Hm?" Jisoo menoleh, melirik Taehyung yang hanya menatap lurus ke arah jalan.

Taehyung menahan napasnya lama, sebab rumah kokoh itu benar-benar hampir di depan mata. Rasanya ia tak bisa pergi begitu saja.

"Apa yang akan terjadi setelah ini?"

Jisoo terkekeh pelan lalu merangkul lengan Taehyung. "Aku pulang, dan semua orang akan marah padaku. Tapi, aku yakin tidak akan lama."

Pria itu hanya mengangguk, kemudian menanyakan hal lain. "Apa kau membaca surat dariku?"

"Tentu saja, setiap hari aku selalu membacanya. Kenapa?"

"Aku mengumpulkan banyak keberanian untuk menulis semua itu, dan ternyata itu sangat membuahkan hasil." Senyum merekah tersemat di bibir keduanya.

"Tapi, surat darimu sudah tak ada, sebab ayah telah membacanya." Jisoo melirih pilu.

"Ah, kalau begitu benci ayahmu padaku semakin bertambah," ucap Taehyung tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Ayah tidak pernah membencimu, Taehyung." Sanggah Jisoo.

"Lalu apa?" Taehyung menghentikan langkahnya bersamaan dengan Jisoo, berhadapan sebab batas ia mengantar memang sudah cukup sampai di sini.

Jisoo merapikan mantel yang pria itu kenakan, lalu menatap yakin untuk menjawab. "Ayah hanya marah karena aku melakukan hal yang ia benci, dan kau terlibat. Ayah tidak akan pernah membencimu."

Hening, Taehyung terdiam sesaat menatap Jisoo yang tersenyum begitu manis. Setiap kalimat yang wanita itu lontarkan, ia tak pernah bisa mengelak. Jisoo adalah titik dimana ia harus berada.

"Jika ayah mengenalmu lebih dalam, ia pasti akan sangat menyukaimu. Ayah akan bangga mengenal dirimu, Taehyung." Jisoo menghela napas. "Ayah tidak membencimu."

Melihat Jisoo yang mengatakan itu secara berperasaan, Taehyung luluh. Mungkin itu adalah benar. Semoga saja.

Taehyung meniup pelan dahi Jisoo, lalu menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik itu. Senyuman telah terulas di bibir keduanya, sepertinya kini memang sudah melenyapkan rasa sedih. Hanya tergantikan oleh senyum indah.

Circle Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang