Chapter 3

1.7K 296 73
                                    

Vote!

.

.

Kala pagi telah hadir bersama matahari yang bersinar indah, dari dalam tenda kecil ini, diluar sana sangat ramai. Suara-suara yang ditimbulkan cukup teratur, Jisoo terbangun. Mengerjapkan matanya sesekali, sedang berpikir mengapa dirinya berada disini. Tak lama ingatannya pun muncul. Benar, dirinya sedang berada jauh dari rumah. Ini kewajaran, Jisoo bukanlah seorang gadis yang pernah bangun di tempat sempit seperti ini. Tenda kecil, dan tasnya yang berguna untuk bantalannya tidur.

Jisoo terduduk, kemudian meregangkan tubuhnya guna melemaskan ototnya yang kaku. Melenguh malas, tubuhnya terasa pegal dan sakit secara bersamaan. Itu pasti, kemarin tubuhnya terbanting berkali-kali saat kecelakaan dan tadi malam ia harus tidur di tempat yang secara langsung berbaring di tanah yang datar.

Tatkala dirinya tersadar akan suara ramai dari luar, Jisoo mengintip diantara celah untuk melihat. Langit belum sepenuhnya terang, menandakan masih amat pagi yang terlihat sangat indah, dan angin semilir menerpa wajahnya lembut.

Jelas, ia tidak tahu sekarang pukul berapa. Jam tangannya mati akibat terbanting, dan ponsel? Jisoo tidak pernah boleh memilikinya.

Banyak orang yang sudah merapikan tenda, berlalu lalang serta berbincang. Terlihat sudah segar dan siap untuk pergi dari tempat ini.

Mengingat jika sekarang ia sedang berada jauh dari kota, Jisoo dengan cepat mengambil tasnya untuk pergi mandi. Tentu semua orang pasti melakukan hal yang sama, jika dipikirkan akan ada banyak orang yang ingin menaiki bus, ia tidak ingin jika harus kehabisan kursi penumpang. Jisoo menaruh tasnya di dasar tanah, dan mulai merapikan tendanya. Saat telah selesai ia kembalikan pada tempatnya, dan bergegas pergi ke bilik kamar mandi yang tak jauh dari situ.

.

Beberapa bus telah datang, banyak orang langsung mengerumuni seorang petugas yang menagih tiket bus, sambil menjaga pintu bus agar tidak ada yang masuk. Benar-benar ramai dan sangat gaduh, Jisoo yang melihat itu berlari, ikut dalam segerombolan yang lain seraya mengangkat tiketnya tinggi.

Hampir semua orang bersahutan meminta untuk masuk ke dalam bus.

"Pak saya punya tiket!" Teriak Jisoo, ia terhimpit diantara banyak orang. Tidak satupun panggilannya yang di tanggapi, dirinya semakin kesal, apalagi orang-orang terus mendesaknya.

Di sisi lain, Taehyung sedang terduduk di salah satu kursi bus lain, untuk menuju pulang ke rumahnya, Daegu. Karena tempat duduknya bertepatan di samping jendela, dirinya bisa dengan jelas melihat ke arah luar yang begitu riuh. Sampai satu detik kemudian, Taehyung menyadari seorang gadis yang tengah menuntut masuk ke dalam bus.

Gadis kemarin.

Melihat wajah Jisoo yang terlihat kesal, membuat dirinya dengan sendiri tersenyum simpul.

"Saya punya tiket!" Teriak Jisoo kesekian kalinya, kesabarannya tidak selama itu. Ia mendesakkan diri, menyingkirkan orang lain yang menghalangi jalannya. Ia berhasil menjauhkan ke rusuhan ini, semua menjauh dan terdiam karena ke gusaran Jisoo untuk lewat. Pada akhirnya ia berhadapan dengan seorang penagih tersebut, ia langsung menyodorkan tiketnya.

"Saya punya tiket, pak!" Tutur Jisoo, dadanya naik turun karena merasa lelah melewati gerombolan tadi.

"Semua orang pun punya tiket, nona. Orang yang datang lebih dulu akan mendapatkan kursinya, sekarang sudah penuh. Tidak ada kursi kosong, jangan membuat keributan." Tegas petugas pria tersebut. Sontak membuat Jisoo mengerutkan dahinya, dirinya benar-benar kesal.

Circle Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang