Chapter 32

1K 207 225
                                    

Sesuai janji yaa! Jangan lupa Votenya teman-teman~~~ 😚

——

Setelah kejadian semalam, tentu saja membawa perasaan takut yang menghantui bagi Jisoo. Suaminya tidak kembali ke kamar hingga pagi, mungkin Sehun tidur di kamar lain.

Jisoo kini sedang terduduk di kursi meja rias, menatap lehernya yang terlihat bekas jemari Sehun di sana. Merah keunguan, memar itu terlihat jelas, sedangkan hari ini ia ingin pergi melihat ayahnya. Tak hanya di leher, namun juga di pergelangan tangannya, Jisoo berusaha menutupinya menggunakan riasan namun tak cukup untuk menyembunyikan.

Pintu diraih Oh Sehun, lalu masuk ke kamar. Jisoo harus segera pergi memasak sebab suaminya harus pergi bekerja.

"Sehun, aku ingin mengunjungi Ayah." Ungkap Jisoo kala Sehun melewatinya.

Sejujurnya, Jisoo trauma karena kejadian semalam. Ia takut Sehun akan kembali marah.

Sehun terdiam, menimang kalimat Jisoo sebentar. Jika Jisoo mengadu, maka itu tidak mungkin, ayah Jisoo belum sadar, dan tak akan terjadi apa pun.

"Baiklah." Jawabnya lalu memasuki kamar mandi.

Jisoo tersenyum tipis, lalu beranjak menyiapkan pakaian dan pergi memasak untuk suaminya.

.

.

.

Mengenakan syal saat musim dingin bukanlah suatu kebetulan, tetapi Jisoo mengenakannya agar tak terlihat oleh siapa pun. Bahkan lengan baju yang ia kenakan terlampau melebihi jemarinya. Jisoo mengambil napas dalam, lalu membuangnya perlahan saat memasuki rumah kecil orang tuanya.

Jisoo menyapa semua orang yang berpapasan dengannya, hingga akhirnya ia berhasil masuk ke dalam ruang di mana ayah berada di sana.

Ia mengetuk, kemudian masuk secara perlahan. Ia termenung menatap ayahnya yang terduduk menyandar pada kepala ranjang. Mata Jisoo memanas, merasa bahagia ayahnya telah pulih.

Di sana ada ibunya yang berbincang pelan, Jisoo hanya berjalan mendekat lalu memberi salam.

"Putriku datang..." Lirih sang Ayah.

Youra menoleh lalu tersenyum, Jisoo ikut melakukan yang sama, dan duduk di sisi ranjang.

"Ayah baik-baik saja?" Jisoo bertanya.

"Ya, berkat dirimu." Kiwoong mengelus pelan tangan Jisoo.

"Mengapa kau tak memberi kabar pada kami?" Kini Youra yang bertanya.

Bagaimana bisa? Kemarin sangat rumit untuk menelepon sekali pun.

"Aku sibuk mengurusi barang, Eomma. Kami sudah pindah." Jawab Jisoo canggung.

Youra sedikit bingung, dengan tinkgah putrinya yang aneh. Tubuhnya terlihat lesu, wajahnya pucat dan terdapat memar di pipinya.

"Apa priamu baik-baik saja?" Tanya ayah pada Jisoo. Mendapat pertanyaan itu Jisoo mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Sehun baik, dia sedang bekerja."

Ayahnya menggeleng pelan. "Bukan dia." Jisoo terdiam mencerna apa yang dimaksud sang Ayah.

"Kim Taehyung."

Jisoo tertegun, cara ayah menyebut Taehyung adalah prianya... membuatnya ia tersentuh. Tetapi juga sakit kala mengetahui Kim Taehyung belum juga ditemukan. Sepertinya kedua orang tuanya belum tahu apa yang terjadi.

Circle Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang