Chapter 22

1.2K 224 110
                                    

Keterkejutan yang besar kian membuat Kim Taehyung tak bisa bicara, pikirannya terombang-ambing, berantakan.

Entah ini benar terjadi, atau hanya imajinasinya. Hatinya gemuruh, ingin meledak. Kewarasannya lenyap dalam sekejap, tidak dapat menahan rasa yang menjalar ke seluruh tubuh.

Matanya menatap hampa tanpa berkedip, merenung kehadiran seorang wanita yang selalu mendominasi pikirannya, berdiri di depan pintu. Bahkan ia tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, sebab terpaku dengan seorang Jisoo yang meniliknya sendu.

Terlihat wanita itu melangkah masuk, lalu menutup pintu perlahan. Kini benar-benar sudah ada di hadapannya. Ini nyata.

Taehyung mengepalkan jemarinya yang berada di dinding, tepat tak jauh dari atas kepala sang wanita. Rasa rindu menggebu, memakan habis dirinya.

Ini aneh, kecantikan Jisoo bertambah sekian derajat. Bahkan rambutnya kini hanya sedikit melebihi bahu, wajahnya yang putih membuat warna di bibir kontras, bersamaan mata dengan pipinya yang memerah. Taehyung sangat merindukannya, ingin membawanya ke dalam pelukan.

Tetapi sayang sekali, ia mengingat ini tidaklah benar. Kedatangan Jisoo adalah masalah. Secepat mungkin ia menghantam dirinya dengan kesadaran.

"Aku merindukanmu." Wanita itu melirih.

Pengungkapan Jisoo hampir membuatnya terbuai, namun tetap saja ini tidaklah baik untuk mereka.

Kepalan tangan Taehyung mengerat, dahinya kini mengerut. Seharusnya Jisoo tidak datang, ini sama saja meruntuhkan pertahanan yang ia bangun. Walau sama sekali belum mencapai titik itu.

"Jisoo, tidak seharusnya kau di sini." Parau Taehyung meredam buncahnya hati.

Jisoo tertegun dengan pernyataan itu, mata Taehyung terlihat begitu tajam. Ia hampir saja terintimidasi, namun lebih dulu melangkah melewati pria itu. Sebab tentu Jisoo tahu, kedatangannya bukanlah hal yang benar. Walau sedikit ragu Jisoo membuka mantel, seraya berjalan ke sebuah sofa yang berada di dalam kamar. Jantungnya berdetak cepat, takut mendominasi. Ia letakkan mantelnya di meja beserta dengan ransel, dan mendudukkan diri.

Manik matanya sesaat menankap Taehyung yang berjalan mendekat, sungguh Jisoo sudah lenyap sekarang.

"Mengapa kau datang?" Tanya pria itu dengan alunan menghantarkan dingin.

Jisoo memainkan jemari, menutupi ketegangan. "Aku sangat ingin melihatmu." Itulah kalimat yang mewakili.

Jika saja Taehyung bisa mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya setelah menangkap tujuan Jisoo, namun ia lebih dulu menghapus dalam kamusnya malam ini.

"Pulanglah." Titah Taehyung mengamati tubuh kecil itu yang duduk tanpa beban, namun tak diduga ia mendapatkan sebuah gelengan teramat menindas darinya.

Taehyung berusaha untuk tidak lepas kendali, tetap tenang walau pikirannya telah berantakan. "Bagaimana jika seseorang mencarimu?"

"Tidak akan, aku menggunakan nama ayah untuk datang." Jisoo berucap tidak serta keraguan.

"Apa?" Taehyung terperangah, sungguh tak siap mendengar itu. Kepalanya terasa memanas, ingin mengeluarkan amarah.

Jisoo menatap Taehyung tanpa takut, merasa begitu tidak diterima di sini. Sekali lagi, ia memperjelas. "Aku menggunakan identitas ayah, jadi tidak ada yang bisa mencariku."

Nyaris Taehyung kehilangan seluruh akal sehatnya, terasa sebuah batu menghantam hingga ia hancur berkeping-keping.

"Apa kau gila?" Suara Taehyung menggema, terlalu terkejut sampai membakar seluruh tubuhnya.

Circle Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang