Chapter 26

982 177 124
                                    

Hai! Kalian tau sendirikan aku selama apa buat Update cerita ini... Dan jujur itu bikin aku ngerasa ga nyaman karena aku lalai dalam kesenangan aku sendiri wkkwk. So, setiap malam dalam 3 hari aku akan Publish lanjutan cerita. Aku mohon bantuan kalian semua, ya! Untuk Voment cause agar tiap Part nggak begitu garing. TERIMA KASIH! ^o^

***

Last night, 9.pm

Pijakan kaki telah Jisoo ambil saat turun dari sebuah mobil milik Sehun, tersemat rasa risau begitu besar kala memasuki rumah milik kedua orang tuanya yang tidak begitu besar. Jisoo gemetar dengan wajah sembab, napasnya sedikit sulit dikendalikan lantaran sesak juga ia rasakan.

Setiap langkah kaki yang tercipta bersamaan dengan Sehun di belakangnya, membuat kesunyian sangat pekat. Hingga ia tak bisa berpikir, sikap apa yang harus ia hadapi di depan kedua orang tuanya setelah mempermalukan nama keluarga. Jisoo sangat menyesal, tapi tidak merasa ia salah untuk melakukan hal yang ia sukai untuk terakhir kalinya.

Tepat ketika berada di depan sebuah pintu hitam kayu, Jisoo terdiam. Ia tahu betul Ayah dan Ibunya pasti berada di dalam sana.

"Aku akan tunggu di sini," ucap Sehun pelan. Jisoo hanya mengangguk singkat, lalu mengendalikan diri untuk tenang. Sehun telah duduk di sebuah kursi, tak jauh darinya.

Dua ketukan ia layangkan, tak ada jawaban. Keraguan besar terjalin tatkala Jisoo meraih gagang pintu, namun ini keharusan baginya, jadi, ia membuka pintu sepelan mungkin.

Kepalanya yang semula menunduk, kini Jisoo angkat untuk mempertemukan matanya pada sosok yang kini tengah berbaring tak berdaya di atas ranjang. Ayahnya tak pernah terlihat begitu lemah seperti ini, wajahnya terlihat begitu murung dengan mata tertutup.

Hati Jisoo teriris, ia tak bisa melihat Ayahnya seperti itu. Beralih pada sang Ibu yang duduk membelakangi, tepat di samping rajang. Punggung itu terlihat begitu rapuh.

"Eomma..." Itulah kata yang bisa Jisoo ucapkan, ia sama sekali belum melangkah untuk masuk.

Serindai Youra menoleh, mimik mukanya jelas memperlihatkan terkejut, marah, dan kecewa. Jisoo tahu itu. Youra bangkit tanpa menimbulkan suara, berjalan menghampiri.

Jisoo tak berani membalas tatapan dari Ibunya, tepat saat Youra berada di sampingnya sebuah bisikan paling menyakitkan masuk ke dalam telinganya.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, kau bukan lagi putriku." Youra mengatakannya tanpa tenaga, dan hampa. Kemudian melewati Jisoo untuk keluar dari ruangan.

Menyisihkan sunyi, dan air mata yang kembali jatuh ke pelupuk. Jisoo merasa begitu bodoh, egois, dan salah. Ia telah mengambil jalan yang begitu salah hingga berujung seperti ini. Ia tahu betul apa yang Ayahnya inginkan, ia tahu perbuatannya sangat gagal sebagai seorang putri. Yang bisa ia lakukan adalah memperbaiki semuanya sebelum terlambat.

Jisoo melangkah mendekati ranjang, air matanya tak dapat berhenti keluar melihat sang Ayah mematung di tempat tidur. Kini ia terduduk di kursi, lalu perlahan mengapai jemari Ayahnya yang begitu lesu.

"Ayah... Maafkan aku." Sesak Jisoo diantara tangisan sunyi.

Tak ada jawaban, Ayahnya benar-benar terlihat sakit dengan alat bantu dari rumah sakit.

Circle Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang