Pangeranku di Dunia

2.6K 77 4
                                    

Tengah malam di hari nan fitri.
Malam idul adha yang dinanti.
Malam ini pula diri ini menulis lagi dengan berani.
Maaf sudah beberapa hari terhenti.
Mungkin ada yang merindukan tulisanku ini.

Tulisan kali ini bukan tentang 'kapan 10 dzulhidjah jatuh pada tahun ini'.
Aah untuk hal itu sudah banyak orang yang mengkaji.
Bahkan sudah banyak diberitakan di televisi.
Aku lebih suka menulis hal yang lain.

Pangeran.
Ya. Aku akan menulis tentang 'pangeran'.
Laki-laki nan rupawan.
Mempesona. Sopan. Dermawan.
Bahkan seorang cendikiawan.
Gagah. Perkasa. Cekatan.
Kerap dianggap sebagai pahlawan.
Oh sungguh sempurnanya sosok idaman.
Lantas. Adakah?
Adakah manusia seperti itu di bumi ini?
Ada.
Didalam film tentunya.
Kartun banyaknya.
Atau putra dari ratu di kerajaan inggris sana.

'Rasulullah!!!!!' seseorang meneriakiku.
Oh tentu saja aku tidak setuju.
Bagaimana bisa Nabi yang kucintai disamakan dengan seorang pangeran seperti itu.
Beliau lebih dari seorang pangeran bagiku.
Beliau adalah teladan umat muslim didunia siapa yang tak tahu.
Seorang pangeran tak seperti itu.

Jadi benarkah pangeran dari kerajaan inggris itu sempurna seperti yang kusebut tadi.
Wallahualam. Tak ada yang tahu pasti.
Ia hanya mendapat gelar pangeran karena ibunya adalah seorang ratu.
Seperti apa dia siapa yang tahu.
Tapi tentu itu jadi pengharapan nyataku.

Ah tak penting ada atau tidak pangeran sempurna saat ini.
Yang pasti ada seseorang yang ingin kusebut sebagai pangeran diduniaku kini.
Lelaki yang ada dihidupku 20 tahun ini.
Lelaki yang begitu bangga, bahagia, saat aku lahir.
Lelaki yang menyebutku sebagai buah cinta. 'buah hati'.
Hatinya dan hati ibuku sendiri.

Lelaki yang mendewasa karena hadirnya aku ke dunia ini. Walau kadang jiwa kekanakan masih meliputi.
Lelaki yang apik menata gerak-gerik sendiri. Walau kadang ada rasa gengsi.
Lelaki yang kuat menahan bebannya sendiri. Walau kadang jatuh sakit lupa makan berhari-hari.
Lelaki yang mampu menentramkan hati ibu yang sedang sedih. Walau terkadang dengan menyakitkan hati.
Lelaki yang tenang kala memarahi. Walau patah demi patah ucapnya menyayat hati.
Lelaki yang setia hanya pada satu wanita dalam hidupnya yg hanya sekali.
Lelaki yang pergi bekerja pagi sekali dan pulang malam hari.
Lelaki yang mau banting tulang untuk masa depan hidupku nanti.
Lelaki yang tak pernah kulihat absen shalatnya barang sekali. Bahkan rawatib dan dzikir shalatnya terakhiri.
Lelaki yang tak lelah mengingatkanku untuk mendahulukan ibuku dalam hal apapun didunia ini.
Lelaki yang tak pernah lelah mendo'akanku setiap hari.
Lelaki yang dengan segala kekurangannya tetap berusaha membahagiakanku dibumi ini.

Dialah Ayahku. Ayahku yang kucintai.
Dialah pangeran di hidupku ini.
Apapun dirimu. Seperti apa dirimu. Aku tak perduli.
Tak ada yang sempurna didunia ini ayahku.
Khilafmu. Salahmu itu tak seberapa bila bersanding dengan khilaf dan salahku padamu selama 20 tahun kau menemaniku.
Mungkin kata 'maaf' dan 'terimakasih' tidak cukup untuk menutupi nakalnya bengalnya merepotkannya diri ini selama itu.

Bila suatu saat aku hendak memilih lelaki untuk kujadikan pasangan hidup.
Aku ingin lelaki yang baiknya sama sepertimu.
Yang baiknya saja tentu.
Aku tak mau yang buruk padamu ada pada pasanganku.
Seperti sikap dinginmu saat kugoda-goda rayu penuh canda dirimu.
Atau seramnya dirimu saat kau tak mencukur kumismu.
Lalu mengantuknya dirimu saat kita sekeluarga hendak berbincang atau menonton televisi bersamamu.
Oh sungguh membosankan. Masih banyak lagi tentunya yang seperti itu.
Unik. Lucu.

Jangan pernah berhenti mendo'akanku ayah.
Do'akan aku menjadi anak yang shalehah.
Yang semangat pantang menyerah.
Yang imannya kuat tak pernah kalah.
Yang mimpinya tak pernah patah.
Sampai suatu saat kau akan menangis haru karena selesai mengembanku sebagai amanah.

Ayah. Bagaimanapun dirimu.
Aku bangga memilikimu.
Kau ayah terbaik dihidupku.
Tak ada yang bisa menggantimu.
Kau pangeran hidupku.

- by : Heera

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang