All of Sudden

2.2K 51 4
                                    

K-E-D-O-K-T-E-R-A-N
Dunia inilah yg saat ini saya kenali.
Dekati. Sukai. Dan berusaha saya cintai.
Yang dulu ragu-ragu saya impikan.
Yang dulu malu-malu ingin saya taklukan.

Jadi.
Tetiba disinilah saya hadir.

Tersadar mungkin diri ini tak ideal utk mengarungi.
Dunia baru ini butuh wajah, laku, dan intelegensi dari manusia yg cekatan meramu ilmu utk bertahan di dunia yg sulit ini.
Mengapa?
Karena kelak amanah yg diemban begitu besar. Sulit. Berat.

Seketika terbesit. Apa niat saya masuk dunia medis seperti sekarang?.
Dulu mungkin ini hanya angan atau cita disertai harap.
Lalu pernah niat ini berubah karena gengsi. Berharap populer juga keren sepertinya.
Untung Tuhan tak murka.
Ia beri saya kesempatan untuk masuk dunia medis, seolah berkata 'silahkan coba'.

Manis diawal.
Keren bercampur bangga.
Terasa sulit dipertengahan.
Merasa menderita.
Sulit terasa.
Tak mampu dirasa.
Lelah.
Menguras tenaga.
Aahh.
Begitu banyak keluhan pada akhirnya.

Banyak asupan yg harus saya lahap.
Layaknya orang yang lapar.
Ia makan. Kenyang. Dan pasti berhenti makan.
Namun itu tak berlaku untuk otak saya.
Sesaat lapar meminta dimasuki pengetahuan.
Dirasa sudah penuh. Sesak. Ternyata diharuskan melahap lebih banyak.
Tak pernah kenyang.
Sudahlah.
Perut memang tak sama dengan otak.

Tetiba pula diri ini berubah.
Mendadak introvert asyik melahap buku berisi pengetahuan.
Terpaksa merubah kebiasaan lawas karena tak padu dengan dunia sekarang.
Bukan tak ingin dan tak tergoda membaca karya-karya fenomenal, populer penulis novel, komik dan sebagainya.
Tapi apa daya.
Buku-buku itu terkalahkan dengan buku wajib yang harus kutransfer isinya ke memori di otak ini dan sebisa mungkin bertahan lama untuk diingat.
Mungkin buku2 lain itu kubaca sesekali saja.

Tetiba diri ini dituntut berhemat.
Tapi juga boros dalam satu masa.
Tetiba merubah style jadi Rapi. Bersih. Juga formal.
Tetiba dirasa harus individualistis. Pelit. Demi martabat.
Tak ada kata 'cheating' lagi saat ini sepertinya.
Karena disamping memalukan. Terancam mengulang pun bisa terjadi bila ketahuan.
Belum lagi memang sudah seharusnya.
Karena tak mungkin kita hidup untuk 'cheating' selamanya.
Adakah kesempatan bagi dokter membuka buku saat menindak pasiennya?
Tak akan ada.
Semua bergantung pengetahuan yang ada dalam otaknya.
sebanyak apa asupan yg masuk, yang menentukan 'Mau jadi dokter seperti apa kita..'

Tetiba pola pikir ini berubah.
Merasa kurang bila melahap ilmu tanpa memahami kontennya.
Karena tak hanya masuk otak saja rupanya.
Tapi kita dituntut harus 'faham'.
Disinilah bagian tersulit. Memahami atau tidak.

Untuk mahasiswa yang ada di dunia yg sama seperti saya.
Saya berpesan.
Selama kita belum memahami sesuatu yang sedang dipelajari, lebih baik kaji ulang.
Manfaatkan fasilitas yang sudah disediakan institusi untuk kita.
Banyak bertanya pada konsulen. Senior. Juga teman satu kolega.
Tak lupa banyak-banyak mencuri ilmu dari buku di perpustakaan. Jangan hanya mengandalkan browsing semata.
Tanggung jawab dokter itu besar kawan.
Kualitas kita nanti ditentukan dari bagaimana kita ditempa. Sebaik apa kita dibina.
Hilangkan rasa gengsi dalam diri kita.
Daripada kegagalan menghampiri kita.
Orang tua berharap dan mendo'akan kita tidak hanya sekedar menjadi sarjana.
Tapi menjadi anak yang baik juga bertanggung jawab atas profesi kita kelak.
Tak lupa shaleh dan shaleha.

Jadi. Pertinggi cita kita. Perbesar harap kita.
Jangan hanya bermimpi jadi sarjana lalu dapat kerja saja.
Jadi sarjana seperti itu semua orang bisa.
Tapi niatkan tekadkan untuk jadi sarjana yang besar manfaatnya.
Yang banyak ilmunya. Yang berkualitas skillnya.
Yang selalu amanah akan tanggung jawabnya.

Harapan adalah Do'a paling indah.
Maka setelah berusaha, berharaplah sebanyak, sebaik, dan sesempurna yang diinginkan.
Agar Tuhan senantiasa mengabulkan.

Untuk para calon dokter di dunia.
Seberat dan sesulit apapun jalan yang tengah kau arungi.
Jangan hendak menghentikan langkah apalagi menyerah lelah.
Kalianlah yang teristimewa yang Tuhan pilih untuk mengemban amanah suci ini.
Tuhan menghendakimu dijalan ini karena Ia tahu bahwa kau mampu lagi bisa.
Maka berprasangka yang baiklah untuk menjalaninya di hidup ini.
Luruskan niat selalu, agar kelak kita menjadi 'dokter' yang membahagiakan lagi paling bahagia.

^_^

- by : Heera

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang