Sejuta Prinsip

6.9K 162 1
                                    

Pagi hari memang nikmat hawa dirasa.
Menanti mentari yang pelan tapi pasti akan datang.
Seraya menunggu pejam mata merasa udara.
Udara pagi sejukkan raga.
Teringat.
Kala diri berjubah asa.
Merasa sempurna tanpa dirasa.

Mampu berlaku tanpa banyak bergaya.
Benar selalu ketika bicara.
Wajah cantik sejukkan mata.
Tutur manis meraga ucap.
Ah. Tapi itu yang ingin dilihat.
Tapi itu yang diharap semata.
Angan lebih tepatnya.

Terlau banyak kata 'aku'.
Aku adalah. Aku selalu. Aku biasa. Aku tak pernah. Dan aku aku lainnya.
Nyatanya itu semua sayup-sayup dilakukan.
Kesebut-sebut ia sebagai 'prinsip'.
Padahal ia hanya gambaran anganku sendiri.

Sudahi.
Segera.
Tanpa dalih.
Akui. Diri ini belum mampu.
Kerap kali mendua prinsip dengan sesuatu.

Makna prinsip terlahir dalam keyakinan diri sebenarnya.
Cukupkan diri ini dengan cinta. Dengan illah pada-Nya.
Tak perlu prinsip diumbar. Maka ia hadir dengan sadarnya.
Aah agamis sekali. Ekstrimis sekali.
Bukan.
Bukan begitu.
Siapa lagi yang bisa dijadikan illah selain illallah.
Kamu. Dia. Mereka. Itu. Ini. Kalian tak bisa. Maka tak perlu menilaiku.

Terlalu banyak angan. Terlalu muluk.
Padahal cukupkan diri dengan-Nya.
Sudah menyatu semua juta prinsip dalam hidup.

Jadi sudahlah.

- by : Heera

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang