Jelek

3.3K 102 3
                                    

Pernahkah hangat hatimu tetiba terasa?
Kapan? Bagaimana? Saat sedang apa?
Tiba-tiba diam.
Tiba-tiba diri terhenyak kaku terhenti.
Lalu senyum-senyum sendiri.
Mengukir pola wajah yang berseri.

Ah. Aku pernah. Kalian tahu aku punya masa kala mencinta.
Saat sedang menulis ini pun senyum ini Masih begitu manja.
Baiklah. Aku akan bercerita.

Untuk aku merasa bahagia.
Selain Ayah dan ibu yang mau berlelah-lelah.
Rela berkorban sampai keringat tersimbah.
Ada seseorang. Orang asing lebih tepatnya yang baiknya tipis-tipis seperti mereka.
Bahkan karena kebaikannya kutempatkan ia diposisi setelah mereka.
Lelaki tentunya.
Cinta pastinya.

'Ah dasar jelek'.
Mungkin dia terlalu baik padaku karena dia jelek.

Tapi umpatan itu terucap dalam bentuk tak mesti.
Ia layaknya jadi umpatan penuh rasa gemas yang menjadi.
Ingin rasanya pipinya kucubiti.
'Hei kau! Baik sekali jadi lelaki!'

Tapi memang begitu.
Hangatnya cinta tak pernah sebatas rindu.
Hangatnya tak seperti hangat ruam kuku.
Ia hangat mendamai kalbu.
Menempatkan diri dalam hati. Satu persatu.

'Jelek sekali'.
Satunya-satunya orang asing yang tetiba kau kenali.
Tiba-tiba mencintai.
Tiba-tiba dirindui.
Mau bersusah payah untukmu seorang diri.
Tak ku gaji.
Bahkan janji pun tak kuberi.
Kerap jadi 'body guard' barangkali.

'Hai jelek.' Sedang apa?
Maaf diri pernah jadi seseorang yang kau khawatiri setiap kali.
Menyita waktumu pribadi.
Hanya untuk mengingatkanku tak lupa sesuatu untuk aktivitas sendiri.
Maaf diri kerap menjadikanmu spiderman pribadi.
Yang kala butuh bantuan kupanggil namamu tiga kali.
Lalu kau datang bergelantungan pada tali.
Ah. Tentu itu tidak terjadi
Lucu sekali.

Kadang diri bertanya, kenapa kau tak bosan berkorban untuk diri ini.
Namun 'cinta' selalu jadi alasanmu menjawab tanya tadi.
Cinta. Cinta. Cinta.
Kau begitu lihai menyanjung asa.
Penuh goda.

Dengarkan aku wahai 'jelek'.
Aku tak keberatan kau kasihi.
Kau lindungi. Kau cintai tak bertepi.
Namun jika kau berani.
Orang tuaku lebih tepat kau temui.
Kau ajak bersimpati merestui 'cinta' ini.
Halalkan diri ini agar kerap bisa mengabdi.
Padamu orang asing yang tetiba datang menghampiri.
Jika kau sungguh baik padaku saat ini.
Diri hanya bisa mendo'akanmu setiap hari.
Diri senantiasa ingin melebihi. Jika kau halalkan jalinan ini.
Kubalas segala baikmu dengan abdi seorang istri.
Pasti indah sekali. Tingkah lakumu berbuah pahala didapati.

Tenang, hei kau 'jelek'.
Aku hanya hendak untuk mengajakmu melakukan kebenaran.
Jika kau tak mau aku tak keberatan.
Mungkin Tuhan akan mempertemukanku dengan seseorang yang lebih tampan.
Hahaha. Aku bercanda.

Begitu beraninya diri ini berkata siap untuk dilamar lelaki.
Kau tahu aku susah payah membangun pola pikir baik ini.
Diri hanya lelah merasa bersalah kala mencintai.
Aku hanya tak mau merasa begitu lagi.
Maka kuberkata dengan berani.

Tenang saja 'jelek'.
Tak usah bimbang dan risau menggeluti dada.
'Jodoh tak akan lari kemana'.
Berdo'a saja.
Tuhan tak bosan mendengar hambanya meminta.
Ia senantiasa tak akan membiarkan hambanya yang meminta kembali dengan tangan hampa.

Jadi, tenang saja.

- by : Heera

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang