Gavyn mencium Delicia.
Gavyn sangat terpengaruh dengan kedekatan mereka. Mungkin karena pengaruh wine, atau mungkin karena dia memang menginginkan wanita itu.
Panas. Mulut wanita itu sangat panas dan lembab. Rasa red wine bercampur menjadi satu. Suhu tubuh Gavyn melonjak beberapa derajat sebagai tanggapan. Giginya menggigit bibir bawah wanita itu. Lidahnya menusuk ke dalam mulutnya. Pikirannya kabur, dan menggelap berlumuran api."Aku bisa memberimu lebih banyak, " desah Gavyn.
Lembut dan panas. Gavyn mengangkat Delicia ke pangkuan nya. Suara erangan mereka berdua menguap membuat suasana menjadi lebih panas. Kaki wanita itu tersampirkan di kanan dan kiri tubuh Gavyn. Jari-jari Delicia juga aktif meremas rambut Gavyn. Gavyn memiringkan kepalanya untuk mengambil lebih banyak. Dia ingin lebih. Dia menginginkan segalanya. Diselimuti oleh sensasi, ditutupi oleh tubuh indah Delicia, Gavyn tersulut. Tangannya melintas meraba punggung Delicia hingga turun meremas bokongnya yang kencang dan lembut.
Gavyn mendekap tubuh Delicia lebih dekat, membiarkan wanita itu merasakan punggung tebal ereksinya. Oh— Delicia sungguh menggairahkan. Tangan Gavyn yang kasar meluncur dari pinggang, hingga menutupi payudara wanita itu. Delicia bergidik pada keintiman yang diberikan Gavyn. Ia melengkungkan punggungnya untuk mendorong putingnya yang kesemutan ke telapak tangan Gavyn."Oh—"
Tubuh mereka basah oleh keringat. Mungkin milik Gavyn juga. Gavyn menundukkan kepala, menyandarkan dahinya ke dahi wanita itu.
"Tidak di sini, " gumam Gavyn.
Delicia membuka matanya. "Apa? ”“Tidak di ruang penyimpanan anggur, Deli." ucap Gavyn tertahan, "Tidak ketika aku punya tempat tidur yang sangat bagus untuk kita."
Delicia panik, seperti di tampar. Ia merasakan gejolak di perut yang menelan kegembiraannya. Delicia tidak siap untuk ini. Dia tidak pandai dalam hal ini.
“Apakah—hanya itu yang kau pikirkan tentang ku?"
Gavyn membatu, "Tidak. Aku—bukan maksud ku begitu.."
"Kau hanya ingin membawaku ke tempat tidur? " lirih Delicia, Goyah.
Tubuh Delicia menggigil sebagai reaksi. Tubuhnya memprotes, dan ia membenci reaksi tubuhnya. Delicia mulai menjauh. Dia memeluk sikunya dan tidak menatap mata Gavyn.
"Delicia..."
"Aku tidak seperti yang kau pikirkan. Seharusnya aku tidak melakukannya. Aku sangat egois tidak memikirkan perasaan mu. Tidak seharusnya juga aku terangsang. Maafkan aku Deli—"
Delicia diam. Tiba-tiba dia terisak."Deli, tatap aku!"
Delicia menarik napas dalam-dalam, memaksa dirinya untuk bertemu dengan mata Gavyn. "Maafkan aku, " kata Gavyn lagi.
Gavyn mencoba menyeka pipi wanita itu, "Sayang, jangan menangis," Gavyn merengkuh Delicia ke dalam pelukannya. "Maafkan aku, sayang"
"Aku yang kacau. Aku kacau Gavyn.."
Gavyn mengangkat wajah Delicia, mencium pipinya yang basah, matanya, dan bibirnya. “Aku juga kacau." bisik Gavyn memberikan pelukan kenyamanan dan kasih sayang.
"Kau tidak sendirian, sayang. Ada aku disini..."
Hanya ada kesakitan dan ketakutan di mata indahnya. Tidak ada yang memberikan kegembiraan itu pada Delicia. Mereka berdua sama-sama terluka. Malam itu mereka menceritakan luka yang mereka simpan di dasar hati mereka—untuk pertama kalinya. Tanpa sadar ada secerah harapan di dalam hati mereka masing-masing. Mungkin ini saat nya membuka lembaran baru. Mungkin sudah saat nya mereka keluar dari lubang kesakitan yang selama ini menghantui mereka. Mungkin mereka berdua bisa saling menguatkan satu sama lain. Ya mungkin... tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wound
Romance{21+} "Aku tidak mau menikah. Tetapi aku ingin mempunyai anak." "Aku ingin hidup bersamanya, tetapi aku tidak ingin punya anak." Takdir mempertemukan mereka dalam benang kehidupan yang kusut. Tetapi Delicia tidak menyangkal bahwa sebenarnya ada sepe...