BAB 17

162 3 1
                                    

"Aku masih berpakaian."

Aku menganga padanya dengan bingung.

Dia ingin Aku menanggalkan pakaiannya? Ya, Tuhan. Dengan senang hati.

Aku meraih baju nya, tetapi dia melangkah mundur.

"Oh bukan itu," Gavyn memperingatkan.

Sial! maksudnya celana jinsnya?

Aku pun langsung berlutut dihadapannya. Dengan agak canggung dan jari gemetar, Aku membuka ikat pinggangnya, kemudian menarik celana jins dan celana boxer nya ke bawah,. Akhirnya kemaluan Gavyn pun terbebas.

Wow.

Aku mengintip ke arahnya melalui bulu mataku, dan dia
menatapku dengan terpesona.

Dia melangkah keluar dari celana jinsnya, dan Aku langsung mengambil dan menggenggam penisnya dengan tanganku. Meremasnya erat, mendorong ke atas dan kebawah seperti yang di ajarkan sebelumnya.

Dia mengerang dan menegang. Napasnya mendesis melalui
giginya yang terkatup.

"Bagaimana rasanya? Apakah kemarin Kau membayangkan Aku melakukan hal ini?" tanyaku memancing. Dadaku bergemuruh menahan gairah.

Aku langsung menempatkan penisnya ke dalam mulutku dan mengisapnya dengan keras.

Mmm, rasanya enak.

"Ahh. Deli. . . Whoa, pelan-pelan sayang."

Dia memegang kepalaku dengan lembut, dan Aku mendorong penisnya lebih dalam ke dalam mulutku, mengatupkan bibirku seketat mungkin, menyelubunginya dengan gigiku, dan mengisapnya dengan keras.

"Sialan," dia mendesis. "Ya Deli. Ini jauh lebih nikmat dari bayangan ku kemarin." katanya tertahan.

Oh, ini bagus, membangkitkan semangat ku.

Aku melakukannya lagi, menghisapnya lebih, dan menjulurkan lidahku berputar-putar di ujungnya.

Hmm. . . penis Gavyn mengetat dan membesar di dalam mulutku.

"Deli, sudah cukup. Tidak lagi."

Aku melakukannya lagi lebih cepat. Memohon lah padaku Mr. Maxwell.

"Deli, hentikan. Aku tidak mau terlepas didalam mulutmu." Gavyn mengerang melalui giginya yang terkatup.

Aku melakukannya sekali lagi, maju-mundur dengan cepat. Dia tiba-tiba membungkuk, mencengkeram bahuku, menarik ku berdiri, dan melemparkan Aku ke tempat tidur.

Dia terlihat menarik bajunya ke
atas kepalanya dengan terengah-engah, sama sepertiku.

"Lepaskan bra-mu," perintahnya.

Aku duduk dan melakukan seperti yang dia katakan.

"Berbaringlah. Aku ingin melihatmu."

Aku berbaring, menatapnya saat dia perlahan-lahan menggulungkan kondomnya. Aku sangat menginginkan dia.

"Ini terakhir kalinya Aku akan memakai benda ini." Dia menatap ke arahku dan menjilati bibirnya.

"Kau sangat indah, Deli"

Dia membungkuk di atas tempat tidur dan perlahan-lahan merangkak naik di atasku sambil menciumi seluruh tubuhku. Dia mencium setiap payudaraku dan menggoda putingnya secara bergantian. Aku pun mengerang dan menggeliat di bawahnya.

"Gavyn, kumohon."

"Mohon apa?" Gumamnya di antara payudaraku.

"Aku ingin kau di dalam diriku."

Secret WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang