BAB 8

176 4 1
                                    

Keesokan harinya, Delicia duduk di bangsal nya, sambil menunggu seseorang diseberang sana menjawab.

“Halo?”

“Um, ini Aku, Bu.”

“Deli…” cara Ibunya menyebutkan namanya membuat Deli gemetar menahan rindu.

“Ya Tuhan Deli, benar-benar menyenangkan mendengar
suaramu.”

"Bagaimana kabarmu, Deli?"

"Aku baik."

"Deli? Apakah kau bertemu dengan seseorang?" Deli mendengar nada gembira dalam suaranya.

"Tidak, Bu. Bagaimana Ibu tiba-tiba mengatakan itu?"

"Ibu hanya menebak. Tetapi suaramu membuat Ibu khawatir. Kau yakin tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja, Bu. Bagaimana kabar Ibu?"

"Aku baik sayang."

Gina melanjutkan ceritanya tentang usaha terbarunya dalam membuka toko bunga. Wanita itu hanya ingin mengisi waktunya. Deli merasa khawatir karena dia tidak ada di sana.

Diana Wood saat itu sedang bercermin membetulkan riasannya, saat ponsel nya berdering.

"Hmm.. katakan..."

"Aku tahu. Tapi apa Kau sudah memeriksa semua orang yang ada di kolam renang saat itu? Pasti diantara mereka ada yang mengambil gambar diam-diam. Kau harus menemukan orang itu apapun yang terjadi. Aku tidak ingin ada gosip yang aneh tentang diriku."

Pintu toilet di belakang Diana terbuka menampilkan Linn berdiri di sana.

Diana sedikit terkejut, sebelum melanjutkan mencuci tangannya.

Linn menatap Diana dengan tatapan membunuh menembus cermin toilet.

Linn berjalan ke sebelah Diana, menyalahkan keran dengan kekuatan penuh. Tangan Linn dengan sengaja menyumbat aliran air agar tidak turun ke saluran bawah. Alhasil air itu menggenang, mengisi penuh wastafel tersebut. Diana melirik dengan heran kelakuan Linn.

Setelah menyalakan keran, Linn langsung membuka setiap pintu toilet dengan kasar. Sampai bunyi brak brak brak terdengar. Diana berjangkit kaget.

"Kau gila ya?" Diana berteriak kesal.

Linn tidak menghiraukan, hanya ada mereka berdua di sana. Setelah itu Linn berjalan ke pintu, dan menguncinya.

"Hei, apa-apan Kau. Kenapa di kunci?"

Linn menatap Diana dengan sinis. Tangannya mengepal.

"Kenapa? Kau merasa terintimidasi? Kau takut?" Linn berjalan mendekati Diana.

Diana mencibir, "Dasar wanita gila " ucapnya sambil memegang ponselnya, ingin menelpon seseorang.

Secepat kilat Linn langsung merampas ponsel itu, dan membuangnya ke sembarang tempat.

Diana melotot dan berteriak marah. "Ahh—Kau benar-benar tidak tahu malu. Kau mempunyai bakat untuk membunuh ternyata. Jangan-jangan, keluarga mu ada riwayat seorang pembunuh?!"

"Apa sih yang kau bicarakan?"

"Kau tidak mempunyai penyakit alzheimer kan? bagaimana bisa kejadian kemarin kau lupa?"

"Aku tidak mengerti ucapan mu. Oke. Sekarang minggir, Aku ingin keluar."

"Aku akan membuat mu ingat, sampai Kau tidak akan pernah melupakan nya." Ujar Linn mengancam.

Diana tidak menghiraukan nya. Saat Ia ingin berlalu keluar dari toilet, tiba-tiba saja rambutnya di tarik oleh Linn. Wajahnya di sungkur kan ke dalam wastafel yang penuh dengan air yang meluber. Linn mendorong dengan kasar dan kuat wajah Diana, mencelupkan nya ke dalam air. Diana meronta-ronta minta di lepaskan.

Secret WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang