Butiran salju turun dan mendarat di setiap ruang pijaknya. Pada hari yang begitu berharga. Natal. Hampir semua rumah berhiaskan lampu dan pohon Natal. Siapa yang tidak suka kehangatan di tengah musim dingin? Semua orang suka!
Termasuk warga di wilayah Wilshire ini.
Hampir semua orang di rumah mereka masing-masing disibukkan menghias rumah dengan pernak-pernik Natal. Salah satunya John Thomas. Pria berbadan kurus dan tinggi itu tengah berbicara dengan istrinya, Marine di depan rumah mereka, sambil menatap rumah tetangganya, yang bertabur lampu dan menjadikannya meriah.
"Aku tidak paham. Setiap tahun, orang-orang datang ke rumahnya dan foto. Tidak pernah ke rumah kita." Sebenarnya John agak dengki pada tetangganya, Paul Black. "Itu tidak adil." Ia terus ngedumel. "Aku bekerja keras sama sepertinya. Apa kelebihan dia yang tidak kumiliki?"
Marine hanya menanggapi singkat. "Entahlah. Mungkin selera."
"Bukan!" John masih saja dengki. "Dia menyuap orang-orang itu dengan makanan gratis! Coba kau buat cupcake."
Sang istri mendesah. "Sudahlah, John. Ikhlaskan. Natal itu bukan kompetisi. Bersyukur saja dengan apa yang kita miliki."
"Tidak. Aku punya ide yang lebih baik," kata John, kemudian kembali masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Mengambil satu besar tas hitam, membawanya naik ke atap dengan tangga.
Beberapa saat kemudian, orang-orang dari rumah Paul Black yang menikmati segelas cola melihat seseorang berdiri di atas sebuah rumah. Ya. Dia John.
"Kau mau melihat sesuatu yang bagus?" pekik John. "Akan kutunjukkan," katanya sambil mengeluarkan sesuatu berwarna merah dari dalam sebuah tas hitam. Dengan pemompa udara, maka benda berwarna merah yang terbuat dari plastik itu membesar dan membentuk balon manusia salju. Saking cepatnya ia membesar, hingga menghantam tubuh Duke. Pria itu hilang keseimbangan, dan jatuh terguling dari atap rumah ke halaman.
9️⃣1️⃣1️⃣
"911! Apa keadaan daruratmu?" tanya seorang operator pria.
Seorang wanita terdengar panik di ujung telepon. "Kurasa Natal membunuh suamiku!"
9️⃣1️⃣1️⃣
Tidak lama kemudian, datang tim damkar 118. Mereka disambut oleh Marine. "Lewat sini," kata wanita itu.
Mereka menghampiri John yang terbaring di dan merintih kesakitan.
Nash lebih dulu menanyainya, "Pak, kau bisa bergerak?"
"Sakit," sahut John dengan suara parau, menahan sakit.
"Baiklah, itu pertanda baik," kata Nash. "Jangan bergerak dulu. Bisa ceritakan bagaimana ini terjadi?"
"Manusia salju mendorongku dari atap," jawab John.
Semua orang melihat ke atap. Memang ada balon manusia salju yang sangat besar berdiri di atas sana. Tingginya sekitar dua setengah meter.
Chimney memeriksa kondisi Duke. "Tekanan darah 120/70. Pernapasan bagus."
"Baiklah, geser dia sedikit," komando Nash.
Buck dan Ryan menggeser tubuh John.
Ryan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. "Sepertinya tidak ada kerusakan tulang belakang."
Selanjutnya, Nash berkata, "Ayo angkat dia ke atas backboard!"
Ternyata di bawah badan John ada boneka bayi malaikat yang terbuat dari karet.
"Wah! Tampaknya Bayi Jesus meringankan jatuhmu," kata Ariana begitu bersemangat.
"Keajaiban Natal, Nona," tambah Buck, sambil tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
118: The Help Is Coming
RandomKetika seseorang menghubungi 911, biasanya ada hal darurat yang terjadi. Segenap upaya, operator akan menghubungkan dengan pihak-pihak terkait, seperti kepolisian, petugas pemadam kebakaran, juga petugas medis. Bahkan bisa saja sang operator harus m...