Di sebuah bank, pada suatu sore.
Seorang manager yang hendak pensiun, diberikan pesta perpisahan kecil-kecilan oleh rekannya yang sama-sama bekerja di bank tersebut.
Dia adalah Robert. Ia mencicipi kue yang disajikan. "Ini sungguh berlebihan," ujarnya.
Kemudian, rekannya yang seorang wanita bernama Nina berkata, "Silakan berpidato."
"Tidak ada pidato," kata Robert, malu-malu. "Hanya rasa terima kasih." Ia berkata di hadapan beberapa rekannya. "Kalian sudah luar biasa selama ini. Kita melewati banyak masa sulit bersama. Termasuk skandal dalam divisi layanan keuangan kita, yang dengan bangga kukatakan tidak berpengaruh pada cabang ini. Walau teman-temanku dalam direksi menganggap aku tidak layak jadi manager terbaik tahun ini saat wisata ke Costa Mesa, aku merasa terhormat menjadi nominasi." Kemudian, alarm pada arlojinya berbunyi beep. Ia melihat jam menunjukkan pukul berapa. "Nina, sudah saatnya." Lalu berkata pada rekan-rekannya, "Terima kasih banyak." Kemudian ia berjalan menuju brankas.
Kemudian, seorang rekannya datang. "Tn. Prentiss?"
Robert berbalik. "Harrison, kau mengagetkanku."
"Aku hanya ingin bilang semoga berhasil dan selamat menikmati masa pensiun," ucap Harrison.
"Terima kasih, Harrison," ucap Robert Prentiss.
Mereka saling berjabat tangan. Setelah Harrison pergi, Robert melanjutkan pekerjaannya. Sebelum itu, ia memakai antiseptik untuk tangannya, seolah takut tangan Harrison meninggalkan kuman di tangannya.
Sebuah mobil rubikon putih dengan pengamanan ketat sudah terparkir di depan gedung bank. Mereka membawa beberapa tas berisi uang baru yang akan disetorkan oleh pemiliknya. Yah, ini bukan bank biasa. Hanya mereka yang disebut sultan bisa menyimpan uangnya dengan aman di bank ini.
"Apa kau mengubah gaya rambut?" tanya seorang petugas yang membawa harta milik jutawan itu.
"Potongannya sama," jawab Nina. "Warnanya sama."
Kemudian, petugas itu masuk ke ruangan brankas, bersama Robert. Petugas tersebut menata tas-tas berwarna kuning di atas meja besi. Lalu mengeluarkan semacam nota tanda terima dan pena. "Tanda tangan di sini." Sambil memperhatikan Robert tanda tangan, ia berbicara. "Kudengar kami akan kehilangan kau di sini."
"Ya," jawab Robert, lalu mengembalikan nota tanda terima itu.
"Senang bekerja untukmu selama ini, Pak," ucap si petugas. Ia mengulurkan tangan.
Awalnya, Robert ragu akan menyalaminya, namun tangannya terulur juga. Setelah petugas itu pergi, ia kembali membasuh tangannya dengan antiseptik.
Sambil membawa troli keluar dari bank, petugas bernama Billy itu berkata pada Nina. "Kalau kau mau menggantikan seorang pria tua cerewet, mungkin kau perlu berhenti menggoda kurir tanpa malu."
Nina malah tersenyum genit.
Tiba-tiba, Billy merasakan sesak di dadanya. Ia kesulitan bernapas. Lalu diikuti dengan busa putih yang keluar dari mulutnya. Serta-merta, ia roboh.
"Billy?" panggil Nina, sembari menghampirinya.
Billy mengalami kejang. Semua orang menghampirinya, ingin melihat apa yang terjadi, menolong jika bisa.
"Telepon 911!" teriak Nina. Lalu ia berlari melihat apakah Robert baik-baik saja. "Tn. Prentiss!" Rupanya, pria itu sudah tergolek di lantai, kejang-kejang. Sama seperti Billy tadi.
🚒🚒🚒🚒🚒🚒🚒
Suara sirine mobil damkar menguing di jalan, mendekati gedung bank. Petugas keamanan yang mengantarkan uang keheranan melihat kedatangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
118: The Help Is Coming
RandomKetika seseorang menghubungi 911, biasanya ada hal darurat yang terjadi. Segenap upaya, operator akan menghubungkan dengan pihak-pihak terkait, seperti kepolisian, petugas pemadam kebakaran, juga petugas medis. Bahkan bisa saja sang operator harus m...