Episode 19. Triggers

3 1 0
                                    

Stasiun pemadaman 118 mengirim semua anggotanya untuk melakukan ke sebuah gedung apartemen yang terbakar.

"Semuanya, teruslah berjalan dengan tertib ke tempat aman yang ditentukan!" Seorang anggota damkar mengarahkan penghuni gedung ke jalur evakuasi.

"Astaga!" keluh Chimney. "Itu kebakaran terbesar yang pernah kulihat." Ia mendongak ke atas, melihat ketinggian gedungnya.

"Aku benci sekali latihan kebakaran," kata Hen.

"Kota menyuruh melakukannya setiap tiga tahun," kata Ryan. "Balai kota tidak bisa dilawan."

Peter melarang Ariana ikut latihan, karena bukan anggota damkar resmi. Tetapi keponakannya itu diizinkan memotret.

"Alarm pertama terjadi pukul 12.20," kata Peter mengarahkan. "Panggilan masuk 30 detik kemudian. Pakai sepatu, ambil selang, pukul 12.43."

"Artinya apa?" tanya Ryan.

"Empat menit lewat waktu tanggap kita," jawab Peter.

"Itu akan membuat kita kehilangan poin," keluh Chimney lagi-lagi.

"Seseorang harus jelaskan itu pada Fire Marshall yang baru," saran Hen. Dan tentu saja itu tanggung jawab Peter.

Fire Marshall adalah seseorang yang bertanggung jawab atas peralatan pencegahan kebakaran dan personel pabrik industri. Istilah lainnya adalah Marsekal pemadam kebakaran. (Wikipedia)

Peter menemui Fire Marshall yang dimaksud Hen. "Ada bus mogok yang menutup kedua arah di Grand." Ia melaporkan kinerja timnya. "Kendaraan tidak bisa lewatm sehingga kami terlambat tiba."

Fire Marshall yang baru itu adalah Evan Buckley alias Buck. "Tetapi tim 144 mencatat waktu tanggap adalah 6 menit kurang." Kini ia bersedia bekerja di bagian ini, daripada diam di rumah. Kini ia mengenakan kemeja necis dan dasi. Penampilannya cukup manis dan rapi. "Itu 17 menit penuh sebelum tim 118."

"Tim 144 lima blok dari sini," jelas Peter.

"Aku mendengarmu, Peter," kata Buck. "Sungguh, dan aku ingin membantu. Tapi aku tidak boleh memihak di sini. Kalau aku harus melakukan tugas ringan ini, aku harus serius. Ikuti aturan dengan baik. Seperti yang kau mau dariku."

"Kuakui, aku bangga padamu, aku senang kau tidak membuang kariermu hanya karena halangan kecil," ujar Peter.

"Satu hal yang kupelajari dari tsunami itu adalah aku tidak boleh berhenti," kata Buck. "Aku harus berjuang. Aku akan terus berjuang sampai aku kembali ke tempatku, bersama timku memadamkan api palsu seperti ini."

Peter merasa Buck berlebihan. "Kau terlalu menikmati ini."

"Hati-hati jangan sampai macet di tangga!" seru Buck. "Aku harus..."

🏢🏢🏢

Simulasi ini masih dilakukan untuk menambah kinerja para petugas damkar jadi lebih baik. Namun tidak semua orang suka. Terutama penghuni gedung yang dipakai untuk kegiatan ini.

"Kenapa mereka selalu melakukannya saat jam makan siang?" keluh seorang karyawan bernama James di salah satu kantor dalam gedung tersebut. "Carbonara-ku pasti bengkak."

"Benar," kata karyawan yang lain, yang bernama Alan. "Entahlah."

Mereka sedang menuruni tangga darurat dan tidak bisa cepat, karena ruang tangga darurat itu dipenuhi orang-orang yang mengikuti arahan evakuasi. Mereka mengular dari sepanjang tangga darurat paling atas hingga ke dasar.

Alan agak gelisah melihat keramaian itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya James. "Ini bukan kebakaran sungguhan."

118: The Help Is ComingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang