Episode 11. Broken

9 1 0
                                    

Sebuah keluarga kecil, terdiri dari seorang ayah--Stephen dan kedua anak mereka, Jamie dan Alex. Mereka baru tiba di rumah yang baru dibeli. Membawa sebuah gerobak empat sisi tertutup dikaitkan dengan bagian belakang mobil untuk memuat barang-barang mereka.

"Lihat itu!" seru Stephen saat ia dan keluarganya keluar dari mobil.

"Lebih bagus dari fotonya, Ayah!" seru Alex. "Boleh aku melihat kamarku?"

"Silakan," kata Stephen sembari memberikan kunci rumah tersebut.

"Ayo, Jamie!" seru Alex memanggil kakak perempuannya, sembari berlari masuk ke dalam rumah.

"Alex, tunggu!" panggil Jamie.

Sementara anak-anaknya bersenang-senang dengan rumah baru, Stephen membongkar barang bawaan mereka. Ia menemukan sebuah foto keluarga, ketika ibu kedua anaknya masih ada.

"Kita berhasil, Sayang," ucap Stephen kepada mendiang istrinya yang tersenyum dalam foto.

Tiba-tiba, "Perlu bantuan?" Jamie muncul menawarkan bantuan.

"Terkadang pindah rumah membuat emosional," kata Stephen pada putrinya.

"Aku juga merindukannya," ucap Jamie.

"Ini rumah impiannya," ujar Stephen. "Andai Ibu tidak dapat remisi, Ayah tidak akan melakukan ini. Ayah harap Ibu ada di sini untuk melihatnya."

"Ibu ada di sini," kata Jamie. "Jangan khawatir, Ayah. Kita bisa melewatinya bersama."

Tiba-tiba terdengar sesuatu yang meledak di jalanan kompleks perumahan tersebut. Sepertinya dari saluran air. Kemudian terjadi ledakan yang sama susul-menyusul. Di jalan, bahkan di rumah.

Stephen sadar anak lelakinya masih di dalam rumah baru yang bahkan belum ditinggali itu. "Alex!" teriaknya memanggil sang anak. "Alex!" Kemudian teras depan rumah itu meledak. Diikuti api yang langsung membesar.

Stephen hendak menghubungi kantor pusat pengaduan.

"Anda menghubungi nomor yang tidak aktif. Jika Anda merasa salah menghubungi nomor, silakan periksa nomornya dan coba lagi." Begitu jawaban yang terdengar. Sepertinya panggilan darurat sedang mengalami gangguan.

"Periksa nomor? Ini 911!" pekiknya terheran.

9️⃣1️⃣1️⃣

5 JAM SEBELUMNYA

Sudah dua minggu setelah peristiwa penculikan mencekam yang menimpa Ariana. Luka-luka di tubuh gadis itu sudah semakin pulih. Ia bersedia kembali aktif bersama tim damkar. Sudah tidak ada lagi ancaman hidup seperti Freddie.

Buck tahu, kondisi mental Ariana belum pulih sepenuhnya. Masih tersisa trauma di dalam sana. Saat ini mereka sedang berada di ruang ganti markas damkar.

"Jadi, setiap unit berbeda," kata Buck. Ia berencana pindah tempat tinggal, lebih dekat dari apartemen Nash, di mana Ariana tinggal saat ini. "Tapi kurasa aku paling suka yang ini. Seandainya Kapten mengizinkanku pindah ke unitmu saja."

"Tempat itu bagus, aku pernah lihat," kata Ariana. "Jangan pernah cari-cari masalah dengan tinggal bersama. Kalau ayahku sampai tahu semua masalah yang pernah menimpaku, dia akan memasungku. Kali ini, Peter tidak mungkin bisa menolong lagi."

"Ayahmu sangat menyayangimu, hah?" sindir Buck.

"Peter menyuruhku menemui terapis," kata Ariana. "Aku akan ikuti kelompok dukungan, tapi aku harus mulai menyusun hidupku kembali. Pekerjaan adalah bagian penting."

"Jangan terburu-buru, Ari," kata Buck. "Lakukan semuanya dengan santai. Aku merasa sepertinya kau bergerak terlalu cepat. Kau bisa menggunakan banyak waktu untuk pulih."

118: The Help Is ComingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang