Episode 15. This Life We Choose

5 0 3
                                    

Kasus paket bom belum usai. Pelaku pengirimannya belum ditemukan. Namun korban-korban berjatuhan.

"Halo, Semuanya." Seorang pembawa acara berita dari News 8 menyapa. "Terima kasih sudah menghabiskan pagi hari ini bersama kami. Warga Los Angeles terbangun sedikit khawatir hari ini setelah paket bom kedua telah meledak di Southland pada beberapa hari ini. Korban pertama, Cecilia Filson. Dia adalah seorang pengacara kriminal dari South Pasadena dan berhasil selamat dari ledakannya. Korban kedua, pensiunan penilai asuransi Kevin Dean, sedang sekarat pada saat ini. Pihak berwenang meminta publik untuk tetap waspada. Kalau melihat sesuatu, laporkanlah."

Kasus ini menjadi salah satu penyebab kantor pusat pengaduan jadi sibuk menerima telepon. Mulai dari laporan yang serius, hingga yang sekadar iseng. Orang yang parno saat melihat ada paket di teras rumah mereka.

Seperti hari ini, Jenny menerima telepon dari seorang pengadu, tetapi suaranya berisik, seolah berlomba bicara dengan anjingnya.

"Maaf, Nyonya," kata Jenny. "Aku kesulitan mendengar suaramu. Apa kau diserang oleh seekor anjing?"

"Bukan! Itu anjingku!" kata wanita, yang sedang melaporkan. "Kami sudah menangkan pengebomnya! Kirimkan polisi!"

Lalu terdengar suara seorang pria, "Hentikan!" Sepertinya pria itulah yang diserang anjing.

"Anjing pintar, Titus!" puji pemiliknya.

"Kau bilang sudah menangkap pengebomnya?" tanya Jenny.

"Aku menangkapnya menaruh paket ke kotak suratku," jawab wanita tersebut.

Pria itu berteriak, "Aku petugas pos!"

"Dia bukan petugas posku!" Wanita itu menampik. "Petugas posku Larry."

"Tidak!" Pria itu juga bersikeras. "Larry cuti selama dua pekan! Karena operasi kaki!"

"Baik, akan kukirim unit ke lokasimu," kata Jenny.

Selanjutnya.

Jenny kembali menerima laporan.

"Astaga! Ada ransel!" Seorang wanita melaporkan. "Ada ransel di luar Brookside Elementary! Kumohon, cepat kirim polisi!"

🚒🚒🚒🚒🚒🚒🚒9️⃣1️⃣1️⃣🚓🚓🚓🚓🚓🚓🚓

Seluruh siswa dan guru di sekolah dasar Brookside dievakuasi, karena ada sebuah ransel mencurigakan yang tergeletak di taman.

Petugas damkar, tim gegana, hingga polisi diturunkan untuk menangani masalah ini.

"Baik, Semuanya!" seru Buck. "Merapat ke truk sedekat mungkin." Ia mengarahkan semua anak dan guru, bersama rekan-rekannya yang lain.

"Semuanya merapat, tetap merapat!" lanjut Chimney, menginstruksi.

"Kalian hebat!" puji Buck pada mereka semua. "Terima kasih."

Athena datang. "Guru melihatnya di sana setelah istirahat." Ia memberitahu petugas damkar. "Tidak ada yang mengakuinya."

"Tapi itu bukan paket," ujar Buck. "Kukira dia mengirim bomnya dengan pos?"

"Mungkin dia mengubah modus operandinya," kata Ariana yang hari itu masih ikut dalam kegiatan damkar.

"Atau menginspirasi orang gila lainnya," kata Hen, menimpali.

Seorang petugas penjinak bom, dengan mengenakan setelan bom, mendekat pada ransel itu.

"10-32. 10.01. Kami siap di posisi." Tim gegana yang lain melaporkan posisi mereka, jika terjadi sesuatu.

"Sudah terlihat," kata petugas penjinak bom yang mengenakan setelan bom itu. Ia hampir mendekati ransel. "Kuulangi, sudah terlihat." Dengan alat pendeteksi bahan peledak, ia mulai memindai.

118: The Help Is ComingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang