delapan

743 162 6
                                    

●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

Pukul 16.10, sore hari ketika ketiga nya selesai solat asar di musholla terdekat. Langit yang biasanya cerah dan di iringi beberapa burung di atas kini hanya menampilkan gumpalan awan abu-abu. Seperti sedang mengumpulkan bendungan air yang banyak dan ketika bocor akan tumpah membasahi seluruh bumi.

Adi mengusakan rambut basah nya, sedikit menyibakan ke belakang sebab sudah panjang. Dirinya memang tak pernah salah saat sebelum ke restoran membawa sarung cadangan di jok motor.

Ya, Adi menggunakan motor saat ke restoran bebek untuk bertemu Aleta dan Alta. Awal nya mau pakai mobil pribadi tapi pikir Adi akan lebih cepat ketika menggunakan motor yang bernotabe body nya lebih kecil dan bisa menyalip dengan mudah, jadi ya berakhir sudah ia membawa motor aerox yang masih terparkir di depan.

Baru mau menggunakan sandal tiba-tiba telinga nya menangkap suara yang tak asing dari belakang,

"Ayah mau langsung pulang?" Ah ternyata sang anak dengan mantan Istri.

Membalikan tubuh nya cepat, menemukan Alta yang berdiri lucu di samping Aleta. Wanita itu tengah sibuk melipat mukenah ke dalam wadah agar pas, rambut depan sedikit terurai sebab tak di cepol dengan rapih.

Membuat kesan berbeda dimata Adi saat itu juga, menatap damba mantan Istri di hadapan. Air wudhu membuat wanita jadi lebih bersinar dan juga cantik banget ya?

Kenapa Aleta sekarang cantik sekali, bukan maksudnya memang dari sana nya sudah cantik tapi sekarang entah kenapa cantik yang semula hanya satu kata kini harus dilebihkan menjadi cantiknya kebangetan. Aleta secantik ini dimata para kaum adam ternyata.

"— lamun terus. Ayah!"

Seketika mengerjap, melihat Alta yang kini menatap nya bingung bercampur kesal "ayah kenapa?"

"g— gapapa. kalo gitu Ayah pulang dulu ya, nanti minggu Ayah main kerumah sekalian bawa mochi kesukaan Alta. oke!" tergagap saat awal ucapan.

Aleta menatap bingung setelah beres dengan mukenah yang ia jinjing di tangan, berbeda dengan Alta yang kini tersenyum lebar menampilkan gigi rapih juga gingsul manis nya pada Adi disana.

"oke. Ayah hati-hati ya, jangan lupa baca doa terus pake jaket sebelum pergi, soalnya angin hari ini kenceng banget nanti tubuh Ayah bisa masuk angin lagi" ini anak kecil loh, astaga bagaimana mungkin Adi tak sesayang itu kepada Alta.

Segera berjongkok, merentangkan tangan sambil tersenyum lebar "sini peluk sama cium dulu!"

Tak menolak. Alta berlari kecil ke arah Adi, memeluk erat sesekali terkekeh kecil sebab sang Ayah yang jahil luar biasa menggigit cuping telinga bersama menggelitikan leher dengan deru nafas membuat tubuh Alta geli menahan tawa.

Ciuman akhir pada pipi Alta dan usakan sayang pada rambut "assalamualaikum, dadah!"

"dadah!"

Lambaian tangan manis menjadi penutup akhir sore hari itu, bersama Aleta yang menuntun Alta pergi dari sana menuju mobil. Bergegas pulang karena kalau dilihat lagi langit benar-benar mendung, membuat kelenjar perasaan khawatir tiba-tiba muncul pada Aleta seketika.

pulang - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang