2-Semuanya Telah Berubah

46 34 27
                                    


Rambut panjangnya dibiarkan terurai, agar angin mudah menghempasnya kesana-kemari. Pijakan kakinya sangat bersemangat, juga dengan ransel kulit berwarna cokelat susu sudah siap di punggungnya. Tentu, ia akan berpetualang lagi, meski hanya lima belas langkah.

Sore itu suasana di rumah Nenek Rama sangat ramai. Hana tetap datang. Ketika berdiri tak jauh dari sana, kehadirannya langsung di sambut baik oleh Mamanya.

Mamanya menghampiri dan memeluk Hana sembari bilang, "Hanaaaaaa! main, neng?"

"Iya, mah. Ramanya ada?"

"Ada dong, yuk masuk, yaampun semakin cantik aja anak mamah."

Hana sudah dianggap seperti anak perempuannya sendiri. Maklum, karena Rama adalah anak tunggal. Hadirnya bersamaan dengan sebuah senyuman kecil yang teriris. Hana duduk menghadap Rama yang sedang menyantap bolu tape buatan Mamanya.

"Nih, bolu tape buatan mamah, buat lo juga."

"Gue....." Argumennya tak di lanjutkan, ia lebih memilih diam, baginya ini sangatlah berat.

Setelah menyantap bolue sampai habis, Rama mencoba duduk tegak. Jarinya ia acungkan tepat di depan wajah Hana.

"Patah hati?"

Hana geleng-geleng kepala. Bibirnya membentuk sedikit kerucut dengan wajah cukup menandakan bahwa Hana sedang bersedih.

"Gue putus sama Raffa, Ram."

"Serius? Kok bisa? Kenapa?"

"Dia selingkuhin gue."

"Ehmmm.." Rama memasukan satu bolu sekaligus ke dalam mulutnya. Ia melahapnya dengan semangat, dan hal itu cukup membuat Hana tersinggung. Hana membulatkan matanya, mengatur posisi duduknya dan membelakangi Rama. Di sana, terdengar bahwa Rama menuang air putih ke dalam cangkir bening, kemudian ia habiskan hingga tak tersisa.

"Ahhhhhhhh.."

Hana menutup kedua telinganya. Rama memang sangat menyebalkan. Ia lebih memilih memakan bolu daripada berbicara dengan Hana. Rama tertawa kecil, sebelum akhirnya ia pindah posisi dan duduk berhadapan dengan sahabatnya itu.

"Apa namanya kalau bukan patah hati?"

"Ini itu bukan cuma patah, tapi hancur berkeping-keping."

"Terus?"

"Yaaaa... gue udah nggak percaya lagi."

Rama hanya diam mengangguk. Hana membuang napas kecil-kecilnya berharap ingatan menyakitkan itu tak membuatnya menangis untuk kesekian kalinya. Jika memang ia harus menangis, mungkin ia harus menahan malu menangis di keadaan sedang ramai seperti ini. Bagusnya, tempat ia dan Rama duduk tak ada siapapun lagi.

"Lo bayangin aja deh, Ram, malam itu kita ada janji mau jalan. Tapi ternyata apa? Dia jalan sama mantannya di belakang gue."

"Han, kalau dia udah jalan sama orang lain tanpa lo tahu, itu Tuhan udah nunjukin kalau dia itu nggak baik buat lo."

Kepingan itu masih berserakan, tetapi perlahan-lahan mulai menyingkir. Cerita dengan Rama, membuat perasaannya sedikit lega meskipun rasa sakit itu masih ada juga. Rasa sakit yang sudah menjalar keseluruh tubuh dan tak mudah ditemukan obatnya.

"Mending sekarang kita kerumah lo aja, gimana?" usul Rama tiba-tiba.

"Karena di sini berisik?"

Tebakannya benar. Rama segera berdiri dan membantu sahabatnya untuk berdiri. Sekali lagi, Hana ikut keluar berdampingan dengan Rama.

"Hanaaaaaaaa, tau nggak? Ada yang baru loh dari Rama!"ucap salah satu perempuan, Tante-nya Rama. Terlihat sekali disana ; Rama yang menutupi setengah wajahnya dengan telapak tangannya.

Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang