Hana menuruni motor si Bapak Tukang Ojek, lalu memberikan helm sembari memberikan selembar uang dua puluh ribuan."Pas, ya, Pak."
"Iya, Neng, terima kasih.." ucap si Bapak seraya tersenyum manis.
Setelah berbalik, handphonenya berdering. Kebetulan ia sudah menyimpan nomor telepon Amanda, di layar terdapat nama si pemanggil 'Kak Amanda' Hana langsung mengangkatnya sembari masuk ke dalam sekolah.
Tahu letak kelas tiga IPA-B, nggak?
Nggak, Kak. Ini Hana udah di lapangan.
Oke, tunggu, ya!
Panggilan terputus. Hana memasukan handphonenya ke dalam tasnya. Ia perhatikan sekeliling sekolah yang sepi di hari minggu. Tak membutuhkan waktu lama, datanglah seorang perempuan dengan rambut di ikat satu di belakang. Memakai kaos hitam dan jeans robek. Perempuan itu menepuk pelan bahu Hana sehingga membuat Hana refleks menoleh dengan sedikit terkejut.
"Hei!"
"E-eh, Kak Amanda?"
Perempuan itu mengangguk. Sembari melihat penampilan Amanda dengan caranya menyapa membuat Hana langsung berpikir, pasti tomboy.
"Jadi gimana langsung ke kelas gue aja, ya?"
"Di kelas rame, kak?" tanya Hana meragu, karena jujur ini adalah kali pertama ia bertemu dengan kakak kelas. Hana merasa sangat canggung, apalagi ia bukanlah tipe perempuan yang mudah dekat dengan orang lain.
Amanda tersenyum tipis, ia memperhatikan wajah adik kelasnya yang terlihat sangat lugu dan terlihat sangat pendiam.
"Gue—m-maksudnya... aku ngomong aku-kamu aja ke kamu."
Hana cukup tercengang. Ia dan Amanda saling pandang, tetapi Amanda terlihat sangat menyesuaikan suasana dan berusaha membuat kondisi mereka nyaman.
"Pasti kamu bukan orang yang gampang deket sama orang lain, kan?"
Hana mengangguk sebagai jawabannya. Amanda tetap tersenyum tipis, ia menggandeng tangan Hana. "Pasti kalau udah kenal nggak bakal sekaku ini, dan pasti bakal seru."
Hana tersenyum tipis seraya menjawab, "Semoga aja begitu, soalnya Kak Amanda orangnya asik."
"Aamiin. Tapi mana mungkin aku diem menyambut tamu yang memiliki bakat terpendam ini?"
Hana menggeleng. "Aku biasa aja kak, serius deh!"
"Ah, merendah untuk meroket, ya?"
Mereka berdua sama-sama tertawa. Amanda memanglah perempuan yang baik dan juga mampu memahami orang lain. Sebelum masuk ke dalam kelas, Hana berhenti tepat di depan kelas, dan itu membuat Amanda sedikit geram.
"Isi kelas ini cuma delapan orang termasuk aku, di tambah kamu jadi sembilan. Ada empat cowok dan empat cewek. Dua cowok kelas tiga IPA-A dan selebihnya IPA-B. Kamu nggak perlu takut. Mereka asik semua kok. Apalagi.... kalau lihat cewek cantik kayak kamu gini."
Hana menampilkan senyum kikuk. Amanda menggandeng tangannya agar mereka bersamaan masuk ke dalam kelas. Yang Amanda katakan benar ; Di kelas hanya di isi oleh delapan orang. Meskipun hanya delapan, tapi kelas tidak terasa sunyi. Mereka saling bekerja sama meskipun lomba ini adalah individu, bukan kelompok. Mereka hanya ingin saling berbagi ilmu dan memperbaiki. Menang dan kalah bagi mereka bukanlah tujuan utama dari lomba ini. Mereka hanya ingin menunjukan bahwa murid kelas tiga juga punya prestasi.
Amanda dan Hana berdiri di depan papan tulis. Semua mata mengarah ke arah yang sama. Hana menjadi pusat pandangan bagi tujuh orang ini. Dua perempuan saling berbisik kecil, beberapa juga memberikan senyuman kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/287714510-288-k720798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]
Casuale[Ft. Marklee ] "Setan!" "Lo yang setan. Eh maksudnya, ada setan di dalam tubuh lo." Rama tertawa. Ia memperhatikan Hana yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan sebab ulah dirinya. "Sini biar gue bantuin," ucap Rama d...