11-Saya Itu Pacar Kamu

36 34 21
                                    

Rama dan motor antiknya sudah melaju pergi. Usai mengunci pagar, Hana pun memasuki rumahnya yang justru dengan pintu tidak terkunci. Tetapi hilang sudah senyumnya, dan semakin berdegup jantungnya. Ia dikejutkan oleh kaos hitam dan kemeja lusuh seseorang yang hampir ia tabrak. Parfumnya sangat kentara kalau itu adalah...

Gadis itu menarik napas dalam-dalam sembari mendangak. Menatap kedua bola mata yang juga sedang menatapnya intens seolah sedang menunggu penjelasan. Hana memang diam, tetapi ketahuilah bahwa diamnya adalah mencari oksigen yang barusaja hilang, keadaannya berubah memanas dan mencekat apalagi ketika Dahlan memunculkan senyum yang begitu memaksa, menurut Hana.

"Kamu dari mana, hm?"

Hana menunduk dan menutup matanya kuat-kuat, ia menghisap bibirnya sendiri sebelum akhirnya memilih untuk memegang lengan Dahlan dan mengajaknya untuk duduk. Tetapi pijakan kaki itu sungguh kokoh, dan Hana tak berhasil mengajak Dahlan untuk duduk. Sampai akhirnya Hana menatap kedua bola mata yang menatapnya dalam dan semakin dalam. Seperti sesuatu yang lama-kelamaan menyiratkan kesedihan.

Hana mencoba membongkar ada apa dibalik kedua bola matanya itu. Gadis itu menduga-duga sebab malam ini ia menemukan sebuah tatapan yang jauh dari biasanya, seperti tidak ada rasa senang sama sekali. Dan Hana takut akan kejadian-kejadian yang ia takutkan setelah ini.

"Aku abis pergi sama Rama. Kamu kan tahu aku udah lama banget nggak ketemu dia, dia kayaknya marah sama aku, aku cuma butuh ketemu dia dan meluruskan semuanya lagi."

Lelaki itu menunjukan jam tangannya tepat di depan wajah gadis itu. "Liat. Hampir jam sepuluh kamu baru pulang. WhatsApp kamu juga nggak aktif dari jam tujuh, itu berarti kamu pergi dari jam tujuh dan baru pulang jam segini, Han."

"Ka, kamu tahu aku ngabarin kamu sebelum jam tujuh, dan kamu lagi kerja posisinya. Lagipula sebelumnya aku main sama Helena kok, dia juga yang nganterin aku kerumah Rama. Mendingan kita ngobrolin ini sambil duduk, ya?"

Lelaki itu menggeleng cepat, dan Hana tidak bisa memaksa akan keinginannya yang keras kepala itu. Mungkin dengan cara ini Dahlan meminta penjelasan, dengan seperti ini rasa marahnya dapat diungkapkan, dan gadis itu membenak ketika keheningan menjalar di antara keduanya, kamu hanya khawatir kan, Ka?

"Saya itu pacar kamu, Hana."

"Aku tahu, Ka."

"Kenapa nggak bilang sama saya? Izin untuk pergi sama ini, gitu."

"Gimana aku mau izin sama kamu, Ka? Kamu aja sibuk, pesanku yang sebelumnya aja belum kamu balas."

"Seenggaknya pesan kamu bakal saya baca, Han, walaupun tidak secepat yang kamu kira. Saya seperti tidak di hargai kalau begini jadinya, kamu tahu saya khawatir sama kamu."

"Kamu khawatir? Atau cemburu?"

"Cemburu?" ucapnya seolah-olah tak terima kalau lelaki itu memang cemburu. Semakin ia menyangkal, semakin kelihatan kalau lelaki itu memang sedang menutupi rasa cemburunya. Karena sejak awal, Dahlan ragu akan hubungan pertemanan Hana dengan Rama, mereka kelihatan lebih dekat bahkan seperti bukan seorang sahabat. Seperti seseorang yang saling mencintai tetapi dihalangi oleh kata sahabat itu sendiri.

"Saya nggak cemburu."

"Masa? Berarti kamu nggak sayang aku?"

Kalimat itu spontan begitu saja keluar dari mulut Hana. Kalimat yang tak pernah terpikirkan di dalam kepalanya, kalimat yang justru berhasil membuat Dahlan tersenyum tipis-tipis. Membuat kedua sepasang kekasih di malam minggu yang hampir habis sebab tengah malam akan segera datang dan hari akan segera berganti.

Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang