BAB EMPAT BELAS
Pada akhirnya pertemuan berujung dengan kepulangan, dan setelah pertemuan itu berakhir, keterkejutan menjadi teman di antara dua manusia itu. Ketika Hana pulang, Rama tidak mengantarnya sebab Hana ingin pulang sendirian. Kedua, Rama juga mengerti bahwa posisi gadis itu berada di posisi jembatan rapuh, dia tak bisa memilih Rama ataupun Dahlan : lelaki yang berani-beraninya memerintahkan Hana untuk menjauh dari dirinya.
Ia menatap langit-langit kamar dengan perasaan lega, perasaan yang akhirnya mampu diungkapkan. Tentang luka yang menjalar sebab Kiara berhasil mematahkannya. Tiba-tiba ia teringat ucapan Hana ketika mereka ngobrol diruang televisi.
"Kalau emang dia jodoh lo, ya dia balik lagi kali."
"Lo nggak marah gue balik sama seseorang yang udah selingkuhin gue? Lo tuh gimana sih, Han? Masak lo rela sahabat lo jatuh ke lubang yang sama?"
"Ram, Kiara itu manusia, dia bisa khilaf dan bisa berubah. Lagipula kalau emang nggak bisa dimaafkan, ya yaudah."
"Hahahaha... Kalau jodoh gue elo gimana ya, Han?"
Hana tertawa dengan menggedikan bahu setelahnya, seolah bilang bahwa Rama kebanyakan mimpi. Padahal, gadis itu memiliki khayalan yang sama, tetapi Rama tidak pernah mengetahuinya.
Rama bangkit dari kasur, ia menggigit bibirnya sendiri. Rupanya, laki-laki ber-monolog. "Nggak nyangka gue Hana belum pernah ciuman samasekali."
Laki-laki itu berdesis girang, ia tampak nonggeng di kasur dengan kedua tangan meninju-ninju kasur empuknya. "AKHIRNYA!!!"
"Ram? Ini Mama pulang. Kamu beliin terigu cepet, buat bikin kue nanti malam!"
***
Di lain sisi, gadis itu tampak cemberut. Ia membanting tas sekolahnya dengan kasar dan membanting tubuhnya diatas kasur. Ia mengubah posisi telungkapnya menjadi telentang, membiarkan air matanya menetes dengan mata terpejam.
Kenapa lo nggak adil? Lo udah ngasih ciuman itu ke Kiara, sedangkan gue selalu menjaganya. Lo selalu pengin gue terjaga tapi lo nggak ngejaga diri lo sendiri. Mungkin gue seharusnya sadar, kalau dari dulu lo itu cuma anggep gue sahabat, dan nggak pernah ada rasa yang lebih dari itu samasekali.
Sialnya, ketika air mata gadis itu makin deras, ia lupa mengunci pintu. Suara pintu terbuka membuatnya membuka mata dan terkejut saat itu pula. Dengan sangat tergesa, ia menghapus air matanya yang sudah melembab di kulit wajahnya.
"Han, abang beliin kamu eskrim banyak, rasa buah suka, kan? Di freezer, nanti diabisin ibu tahu rasa deh!"
Ya, itu suara Ressa. Abang Hana yang super sibuk dengan dunia musiknya. Mendengar ucapan Ressa yang menyebalkan, gadis itu buru-buru terduduk. Tatapannya bertemu dengan tatapan Ressa yang menyebalkan ; senyum tipis-tipisnya seakan meledek. Ia melangkah mendekat.
"Abis nangis?"
Hana berusaha menyembunyikan wajahnya. "Nggak."
Ia biarkan Ressa duduk di pinggir kasurnya, membuatnya tak ada pilihan selain menatap abangnya sejenak dan menunggu apa yang ingin abangnya bicarakan. Sebab, Ressa jarang sekali mau singgah di kamar Hana, biasanya ia hanya membuka pintu dan memanggilnya jika ada makanan atau camilan untuk adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]
De Todo[Ft. Marklee ] "Setan!" "Lo yang setan. Eh maksudnya, ada setan di dalam tubuh lo." Rama tertawa. Ia memperhatikan Hana yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan sebab ulah dirinya. "Sini biar gue bantuin," ucap Rama d...