Sudah satu minggu hubungannya dengan Kiara tidak baik-baik saja. Di tambah kesibukan sebab ikut tiga ekskul dikurang satu menjadi dua ekskul yang membuat Rama menjadi super sibuk. Hal itu juga yang membuat Rama menolak untuk menjemput Hana, bukannya ia tidak mau, tetapi ia tidak bisa. Jangankan untuk menjemput gadis itu, ketika Hana ingin bertemu dan bercerita pun Rama tidak bisa menjawab iya. Ia pun tidak lupa untuk meminta maaf, dan baiknya, Hana memaafkannya meskipun ia merasa sedikit kecewa.
Dua minggu sebelumnya, Rama harus camping sebab Ekskul Pramuka yang membuat dirinya harus pergi dan menginap. Dan kecewanya di puncak pada malam itu, Rama terkejut sebab dilihatnya Kiara dengan lelaki lain sedang saling suap-suapan menikmati jagung bakar. Dan tanpa sadar, Kiara tidak melihat kehadirannya. Dan pada saat itu hingga sekarang Rama menyadari kalau Kiara telah berubah, dari sikap dan sifat.
Lelaki itu jadi merasa, lo ada disini, Ra, tapi gue kayak udah kehilangan lo. Di sisi lain dirinya juga menyadari, mungkin gue kecewa kayak gini karena gue udah ngecewain Hana, pasti dia uring-uringan nggak ketemu gue hampir sebulan. Dan bodohnya, Rama buru-buru menyadari bahwa bibirnya sedang membentuk sabit sekarang, dan penyebabnya adalah Hana, bukan Kiara.
Rama kini berada di sekolahnya, menjadi panitia untuk acara kelulusan kakak kelasnya, juga dengan anak-anak yang lainnya. Tetapi ia memilih izin untuk menelpon Hana, memastikan bahwa Hana tidak benar-benar marah. Tetapi setelah telepon itu diangkat, justru ada rasa sesak mencengkam di dada lelaki itu, yang membuat lelaki itu mematikan teleponnya dan kembali fokus menjadi panitia di sekolahnya.
"Dari mana aja lo, Ram? Kekurangan aquwi kayaknya, pada kehausan!"
"Oke, gue yang beli pake uang kebendaharaan!"
"Gue bantu, nggak?" Rama justru melaju pergi tanpa menjawab apapun.
***
Di sisi lain, seorang gadis sedang menikmati eskrim yang barusaja ia beli di kedai langganan yang biasa ia beli dengan Rama. Hal itu penyebab Dahlan menjadi diam, raut wajahnya berubah, bahkan ketika mereka jalan kaki menuju rumah Hana pun eskrimnya hanya diputar-putar dengan sendok plastik. Sebab, Ibu-ibu kedai berkata begini, kok nggak sama Rama, Han? Udah lama nggak keliatan itu anak kemana?
Cemburu adalah jawabannya, ketika Hana mencoba bertanya dan mengajak Dahlan berbicara, tetapi lelaki itu justru mendiamkannya begitu saja. Handphone Hana berdering, tetapi secepat kilat handphone itu sudah pindah tangan dan dipegang erat oleh Dahlan. Entah dimatikan atau dijawab, Hana tidak tahu. Tetapi setelah itu Dahlan bergumam dengan tatapan intens.
"Kan kamu tahu saya nggak suka kamu deket-deket sama Rama. Semenjak kejadian pulang sekolah saat itu, saya jadi nggak percaya sama persahabatan kalian. Masa kamu nggak sadar kalau Rama itu sukak sama kamu? Berkali-kali saya bilang kalau persahabatan kalian itu nggak beres."
Hana mencoba mengatur napasnya, menatap Dahlan tenang meskipun yang didapatinya adalah kata-kata panjang lebar sebab Dahlan tidak menyukai Rama.
"Ck! Sini handphone aku, Ka, siapa tahu itu penting!"
"Apanya yang penting? Rama?"
"Aku takut dia lagi ada masalah, dan aku nggak ada buat dia, Ka, dia sahabatku," ucap Hana dengan nada meninggi sebab ia pun geram dengan lelaki itu.
Dahlan hanya diam, ia masih menatap Hana lekat-lekat.
"Rama itu beneran sahabat aku, aku tahu jelas bagaimana perasaan dia ke Kiara. Mereka bertahan hampir satu tahun, dan nggak mungkin orang bisa pacaran setahun tanpa perasaan apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]
Random[Ft. Marklee ] "Setan!" "Lo yang setan. Eh maksudnya, ada setan di dalam tubuh lo." Rama tertawa. Ia memperhatikan Hana yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan sebab ulah dirinya. "Sini biar gue bantuin," ucap Rama d...