15 - Gagal Hilang

13 4 1
                                    

BAB LIMA BELAS

Pada akhirnya, Hana tiba di hari di mana ia mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Menjauh dari handphone dan pergi berlibur meskipun sebetulnya ia takut. Apalagi Bina dan Sarda tidak mempercayai anak perempuannya untuk pergi sendirian. Gadis itu terpaksa berbohong hanya untuk hilang dan tenang, lalu kembali menjadi seseorang yang ia harap lebih mengetahui tentang perasaannya sendiri.

Usai memasukan kunciran ke dalam tas, ia beralih memeriksa handphone yang sebelumnya berdering. Dengan antusias, gadis itu menjawab telepon.

"Hel, gue udah rapih."

Dari sana, suara Helena tampak ragu. Sebetulnya temannya itu hanya tinggal mengganti kaos saja, tetapi entah kenapa untuk membohongi kedua orang tua Hana, ia menjadi takut.

"Aduh.. lo yakin nih bohong sama orang tua lo? Nanti kualat lo nyamber ke gue gimana?"

"Lo kira petir nyamber? Ini gue udah rapih. Jangan bilang... lo?"

Helena menghela napas dan membuka lemari. "Ya oke. Gue cari baju dulu."

"Kebiasaan banget heleeee. Lo yang selalu lama."

Tanpa di duga, suara klakson motor berbunyi tiga kali di depan rumah. Hana dan Hele yang mendengarnya terkejut bukan main. Hana langsung mengintip dari bilik jendela, lalu tak lama lelaki itu berteriak.

"Assalamualaikum.. Hana!!!"

Hana menepuk keningnya keras. Rencana Tuhan memang tak pernah terduga. Lalu dengan panik, ia berkata pada Helena.

"Rama pake dateng lagi!!"

Justru yang di seberang, merasa puas dan tertawa. "Udah nggak usah hilang untuk tenang, yang ada makin nggak tenang karena kualat. Mending temuin si Rama, sana."

"Rese lo. Ini pasti doa lo kan?"

"Nooooo. Tuhan emang nggak mau hambanya berbohong. Hahahaha. see you."

"Ck. Bye!"

Dari bawah, suara Bina sudah terdengar memanggil namanya. Dan sudah kelihatan bahwa Rama sudah memasukan motornya dan menunggunya di ruang tamu.

Tak ada pilihan lain selain menemukan sahabatnya yang tiba-tiba datang tanpa memberi kabar barang sedikit padanya. Ia melihat Rama sedang duduk anteng sembari merapikan rambutnya, melihat Hana datang senyumnya terbuka lebar.

"Widih... tumben banget nih gue Dateng lo udah rapih, make up segala, mau kemana sih? Nge-date ya sama Dahlan? Yah asyik banget dong ya gue gangguin orang ngedate?"

Tenang saja, telinga Hana sudah kebal mendengarkan ocehan sahabatnya itu.

Hana menatap Rama geram, dan Rama merasa bahwa ia sedikit lagi menjadi mangsa bagi sang harimau yang kelaparan meskipun ia tak tahu apa kesalahannya.

"Lo tuh ganggu gue tahu nggak?" kesal Hana sembari meninju lengan Rama. "Gue itu mau hilang untuk healing. Lo tuh nggak ngerti ya? Mana nggak ngabarin dulu lagi!"

Mendengar Hana berbicara begitu, membuat Rama semakin tertawa. Apalagi 'hilang untuk healing?'

"Sejak kapan seorang Hana Prawista hilang untuk healing? Bukannya healing-nya itu ke gue, ya? Bukan dengan hilang, kan?"

"Ya emang hidup gue selalu elo?!"

Tunggu tunggu. Dada Rama berdenyut seketika ketika Hana melontarkan sebuah kalimat yang jika dipikir-pikir memang tidak salah. Tetapi Rama tetap mencoba untuk mencairkan suasana dan merasa tidak ada apapun. Karena sebetulnya ia tahu, perasaan Hana jauh lebih sensitif. Jika gadis itu butuh tenang, maka Rama lebih mengetahui bahwa sebetulnya ia lebih membutuhkan dirinya daripada 'hilang untuk healing' seyakin itu seorang Rama.

"Soalnya ini itu lebih rumit dari minta izin ke orang tua gue. Gue nggak bisa cerita soal yang ini ke elo. Itu sebabnya tadi kenapa gue bilang, nggak selalu elo. Karena gue punya ruang di diri gue sendiri, yang ya cukup gue sendiri yang tahu."

Kini Rama jadi antusias. Ia mendekatkan kepalanya dan menatap mata Hana lekat.

"Se-privasi itu ya? Se-rahasiaaaa itu yaaaaa?"

Melihat Rama yang tersenyum begitu, membuat gadis itu tertawa lebar-lebar. Yang kalau kata orang... ya dia salah tingkah alias SALTING. Rama hanya tutup telinga ketika sahabatnya itu tertawa keras, bahkan sampai-sampai Bina datang untuk memastikan hal lucu apa yang membuat tawa anaknya menjadi menggelegar?

"Ngetawain apa sih?"

Hana mencoba untuk rileks. Sementara disana Rama menjawab dengan sedikit percaya diri sembari melirik Hana yang berusaha menahan tawanya lagi.

"Ini Bu tadi liat video kucing pake sempak, jadi lucu banget bagi dia."

Bina justru ikut tertawa. "Heh ada -ada aja ih. Hana itu si Rama buatin minum, gimana sih?"

Hana memutar bola matanya malas. "Mau minum apa?"

"Mmm. gue lagi males minum sih."

"Dasar aneh."

"Ngeskrim aja gimana?"

"Lo yang traktir?"

"Elo lah. Masa gue?"

Hana hanya membalas dialog itu dengan tatapan intens. Yang membuat Rama kembali bersuara.

"Udah, ayo gue yang traktir, karena sekarang gue makin tamvans."

saya tamvans saya percaya diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

saya tamvans saya percaya diri

Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang