Langit berubah menjadi jingga, awan hitam itu sudah tak terlihat. Pergi terbawa angin tanpa menyisakkan rintik setetespun. Benar, mendung belum tentu hujan, mungkin kali ini Hana bersyukur tidak hujan, bukan karena ia tidak menyukainya, hanya saja ia tidak bawa baju ganti.
Di dalam perjalanan ada sedikit kendala sebab mie ayam dekat gang rumah Rama sangat menarik perhatian. Yang seharusnya mereka sudah berada di rumah Rama sejak tadi, justru keduanya memilih mengantri mie ayam di pinggir jalan, kelihatannya memang sangat enak, bahkan harumnya sudah terdeteksi dari kejauhan. Setelah mengantri, mereka lanjut berjalan.
"Han, gue rasa gue tetep nggak bisa ngabisin mie ini walaupun rasanya emang super enak." Rama diam sejenak, sementara Hana tak melanjutkan langkahnya, ia berdiri di tempat.
Menyadari itu, Rama berhenti. "Menurut lo gimana, Han?" Rama menoleh dan menyadari bahwa Hana tak ada di sisinya. Ia menoleh ke belakang, buru-buru menghampiri lalu diam. Matanya tertuju kepada sudut jalanan di depan, Rama pun melihat hal yang sama.
Ya. Laki-laki berpostur tubuh tinggi dan putih itu sedang memakaikan seorang perempuan jaket berwarna putih. Saat itu matanya fokus menatap dua orang di hadapannya yang sama sekali tidak menyadari keberadaan Hana. Ia tak berkedip sama sekali, saat itu pula ia berharap kepada Tuhan agar segera menurunkan hujan, ia sudah tak peduli jika ia basah kuyup dan tak memakai baju ganti, karena ia ingin menangis tanpa diketahui banyak orang. Saat itu Rama menatap hal yang sama kepada Hana, ia lihat lagi raut wajah Hana yang semakin mencetak kesedihan. Kesedihan yang amat mendalam.
Semua kesempatan itu tak ada artinya sebab sudah di sia-siakan. Dan seharusnya ia tak perlu memilih kembali dan menyetujui keraguannya untuk pulang kepada orang yang salah. Menyesal sudah tak berguna, dan Raffa bukanlah rumah yang sebenarnya.
Ia masih saja berdiri dengan perih yang tak bisa tertahankan lagi. Ia perhatikan laki-laki yang memakaikan helm kepada wanita itu, mantan kekasih Raffa yang Hana sungguh ketahui. Air matanya tak kuat lagi untuk jatuh ketika perempuan itu memeluk hangat tubuh laki-lakinya. Plastik bening mie ayam itu terlepas dari genggaman tangannya. Hana berbalik arah dan berlari. Ia hanya ingin menangis dan sendiri. Tentu saja saat itu Rama merasakan kesedihan yang sama, ia memungut kantong kresek berisi mie ayam lalu mengejar Hana.
"Han!" panggilnya sembari menarik lengan sahabatnya.
Perasaan begitu menyesakkan ketika tahu bahwa yang pernah salah tak sepatutnya di maafkan. Yang ia pikir ia akan menjadi tempat kepulangan, ternyata semua itu tidak benar ketika kesempatan di sia-siakan. Meskipun Hana berusaha melepaskan tarikan tangan Rama, Rama tetap menggenggam tangan itu dan membiarkan Hana memeluknya. Tak ada yang bisa di lakukan selain menangis dan memukul-mukul kecil bahu Rama. Dan yang Rama lakukan saat itu adalah mengusap-usap lembut rambut Hana. Ia memang tak begitu mengerti rasanya di khianati, tapi ia akan berusaha memahami bahwa saat ini Hana tidak bisa di biarkan sendiri. Karena Hana membutuhkannya.
"Gue benci Raffa, Ram, gue benci Raffa! Gue udah nggak percaya lagi sama siapapun. Siapapun."
Saat itu pula bunyi nyaring terdengar di telinga. Mereka sama-sama menoleh, seorang perempuan menjatuhkan rantang berisi makanan tak jauh dari sana. Saat itu pula matanya berubah, jantungnya berdenyut khawatir. Rama berdesis rendah dengan mata membulatnya. "Kiaraaaa.."
Hana membasahi bibir bawahnya, ia mengerti betul perasaan perempuan yang saat ini sedang berusaha berlari. Hana mengejar perempuan itu, hingga akhirnya...
"Tunggu!" Kiara berhenti berlari dengan tubuh yang masih membelakangi Hana dan Rama yang berada dibelakangnya.
"Ini aku, Hana, sahabatnya Rama!"seru Hana ke Kiara yang membalikan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]
Acak[Ft. Marklee ] "Setan!" "Lo yang setan. Eh maksudnya, ada setan di dalam tubuh lo." Rama tertawa. Ia memperhatikan Hana yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan sebab ulah dirinya. "Sini biar gue bantuin," ucap Rama d...