9-Apakah Rasa Senang Ini Abadi?

31 34 18
                                    

BAB SEMBILAN

HATI-HATI, BAB INI PENUH KEUWUAN!

Diluar hujan deras. Hana yang sedang berbaring di ruang tamu sembari menonton video mukbang di youtube, dikagetkan oleh suara ketukan, juga disertai dengan salam yang manis. Hana menyingkirkan gorden, mengintip dari sana siapa orang yang bertamu disaat hujan deras seperti ini? Maka matanya membulat ketika yang ia temukan adalah seorang laki-laki yang tak asing, diri membelakangi pintu sembari mengacak-acak rambutnya yang basah. Lantas, gadis itu langsung membuka pintu dan didapatinya seorang pria dengan basah kuyup, dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Hai, Han?"

Bagaimana bisa ia nyengir semanis itu, sedangkan tubuhnya sedang menggigil?

"Ka, kamu ngapain ujan-ujan kesini? Kamu juga nggak ngabarin aku?!" ucap Hana geram. Lalu ia melanjutkan argumennya yang belum selesai itu. "Bentar, aku ambilin handuk dulu," ucapnya berangsur pergi.

Tak ada yang dilakukan laki-laki itu selain memeluk dirinya sendiri, tetapi tak lama kemudian ia memilih melepas kemejanya dan memerasnya, kemudian diletakkan di jemuran kecil alumunium di sisi kiri rumah Hana. Hana yang keluar membawa handuk segera menghampiri Dahlan, ia memberikannya pada laki-laki yang justru senang melihat wajah gadisnya yang panik.

"Kamu kok malah senyum-senyum? Seneng ujan-ujanan? Seneng buat aku marah?"

Dahlan menerima handuk itu dengan penuh senyum. Bibirnya bergetar ringan, tetapi ia tetap membalas argumen Hana. Ia geleng-geleng kepala. "Kamu itu sebenernya bukan marah, tapi khawatir."

Dahlan mendekatkan wajahnya ke wajah Hana yang mematung di tempat. Bukan untuk dikecupnya, melainkan ia ingin membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. "Khawatir itu bagian dari rasa sayang. Dan saya senang kamu khawatirin saya. Itu berarti kamu menyayangi saya seperti saya menyayangi kamu."

Usai berbicara begitu, Dahlan mengeringkan rambutnya dengan Handuk. Sementara Hana, ia masih terpaku di tempat. Dadanya berdegup kencang, ada rasa senang yang mengalir di dalam sana. Bagaimana bisa laki-laki itu selalu memberikan kejutan? Meskipun dengan rasa khawatir yang tercipta setelahnya.

Gadis itu memilih memegang kaos milik Dahlan. Basah. Kedua mata itu bertemu. "Aku ambilin kaos aku, ya? Aku ada kok kaos cowok yang kebesaran."

Barusaja Hana membalikkan tubuhnya dan melangkah, tetapi Dahlan segera menarik pergelangan tangannya. Membuat langkah Hana terhenti, membuat gadis itu berbalik dan menatap balik kedua bola mata laki-laki itu.

"Nggak usah, ngerepotin nanti," ucapnya menolak.

"Mana mungkin aku ngebiarin kamu pakai baju basah? Siapapun pasti nggak mau cowoknya itu masuk angin!"

Mendengar ucapan Hana yang ketus justru membuat Dahlan tertawa. Ia buru-buru menahan tawanya karena mendapatkan pelototan dari Hana. Bagi Hana, Dahlan terlalu menyebalkan dan ia pantas mendapatkan hal itu. Hana berangsur pergi mengambilkan kaos untuk Dahlan, meninggalkan Dahlan dengan rasa senang yang ia miliki. Senyumnya terus mengembang di teras depan, bayangan wajah Hana masih melekat jelas di dalam kepalanya.

Tak berselang lama, suara gesekan pintu terdengar. Spontan meembuat Dahlan berbalik, dan didapatinya Bina yang terkejut melihat Dahlan basah kuyup. "Dahlan? Yaampun......"

Laki-laki itu meraih tangan Bina dan menciumnya. Bina menatap Dahlan. "Ujan-ujanan?"

"Tadi sempet neduh, Bu, cuman ternyata ujan lagi. Jadi mau nggak mau, saya terobos."

"Ini pasti Hana yang mau, kan?"

Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang