Hari ini adalah senin terbaik menurut Hana. Sebab, Rama mengirimi pesan kalau pulang sekolah ia akan menjemput Hana, dan seperti biasa, Hana harus izin kepada Dahlan, lelaki yang membuatnya ketar-ketir semalaman. Ada banyak sekali hal yang ingin gadis itu ceritakan ke sahabatnya perihal Dahlan, tetapi di sisi lain ia takut kalau Rama semakin membenci Dahlan dan ingin Hana menjauh dari lelaki itu.
Tetapi gadis itu yakin kalau Rama tidak secepat itu mengambil keputusan, karena ia pun memiliki rasa sayang yang tak mungkin dipaksa untuk dihilangkan terlebih kepada Kiara, seorang gadis yang sudah berhasil mengisi hidup Rama hampir setahun ini.
Jam istirahat telah berlangsung, dan Hana diinstruksikan Dahlan untuk berbicara secara langsung. Sungguh, hal itu membuat Hana semakin gemetar dan membuat dadanya berpacu semakin kencang. Ia jadi berpikir, kata apa yang akan diucapkan nantinya, atau yang ia takutkan adalah ia menjadi pusat perhatian murid-murid lainnya. Sebetulnya, ia dan Dahlan di sekolah jarang sekali ngobrol sebab Hana tidak ingin dirinya menjadi pusat perhatian.
Sebetulnya, ada hal lain yang ia takutkan pula, membuat ia membenak, waktu itu Helena pernah bilang kalau Kak Amanda sukak sama Kak Dahlan, dan itu berarti gue sekarang ada di posisi menegangkan. Apalagi Kak Amanda baik sama gue, gue jadi ngerasa nggak enak. Ya allah jangan pertemukan Hana dengan Kak Amanda disaat Hana lagi ngobrol dengan Angka Ya Allah..
"Lo jadi ketemu Kak Dahlan?"
"Jadi sih, tapi, gue takut..."
"Ayo gue temenin, tapi nanti pas lo sama kak Dahlan ngobrol ya gue pura-pura liat mading aja,"
"Pengertian banget sih lo."
"Han, lebay deh. Ayo!"
Ini gue yang mau ketemu Angka, kok lo yang ngebet sih, Hel. Gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk melangkah keluar kelas, berjalan menyusuri lorong dan benar saja, disana ada beberapa siswa kelas tiga-IPA, juga ada satu orang yang sangat tak asing bagi Hana tersendiri, Dahlan Angkasa yang kini sudah menyadari kehadirannya dan mendekat menghampirinya. Sementara, teman-temannya dibelakang sudah pasti mengolok-olok mereka.
"Mau bilang apa?"
"Aku nanti mau pulang sama Rama."
"Dia jemput kamu di depan?"
Hana mengangguk. Dan wajah Dahlan berubah sembilan puluh derajat dengan senyum memaksa. Sungguh sangat kentara sekali kalau sebetulnya ia agak tidak rela pacarnya pulang dengan lelaki lain yang selalu dinobatkan sebagai sahabat itu.
"Aku ke kantin, ya?"
Dahlan mengangguk tanpa berkata apa-apa. Lalu ia membiarkan Hana beralih pergi dengan menghadirkan perasaan yang baru di dada lelaki itu. Dahlan kembali menyatu dengan teman-temannya, mereka berjalan menuju kelas mereka yang berada di lantai atas. Membuat Dahlan menjadi kepikiran dan dilanda kekhawatiran, saya nggak pernah bisa marah sebab sahabatmu itu sangat berarti bagimu. Kalaupun tidak, seharusnya kamu menolak. Ini memang salah saya, kalau saja motor saya tidak di perbaiki, sudah pasti saya yang mengantarkan kamu pulang. Dan saya tidak akan membiarkan kamu pulang dengan lelaki lain, yang kapan saja bisa merebutmu meski sahabatmu sendiri.
***
"Lo serius pulang sama Rama?"
"Serius."
"Kak Dahlan nggak cemburu?"
Hana hanya mengangkat bahu, meskipun ia sendiri pun tidak yakin kalau Angka cemburu, tetapi melihat bagaimana raut wajahnya berubah muram tadi, itu sangat kentara kalau Angka memang cemburu. Padahal sudah berkali-kali Hana menjelaskan perihal persahabatannya dengan Rama, tetapi ketika ia membicarakan perihal Rama, tak ada raut senang samasekali di wajah lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because | ft. MARKLEE✔[ON GOING]
Random[Ft. Marklee ] "Setan!" "Lo yang setan. Eh maksudnya, ada setan di dalam tubuh lo." Rama tertawa. Ia memperhatikan Hana yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan sebab ulah dirinya. "Sini biar gue bantuin," ucap Rama d...