13. TANGISAN MINTA MAAF

108 26 15
                                    

Tuhan tidak memberi apa yang kamu INGINKAN. Namun, Dia selalu memberi apa yang kamu BUTUHKAN—Dirga Argentazo

PULANG.
Bagi saya pulang bukanlah kepada rumah. Tetapi kepada Ibu. Sebab mau sebanyak apa orang-orang di rumah, kalo tidak ada Ibu. Rumah terasa hampa—Dirga Argentazo

•••


Resta berjalan memasuki lorong IPS dengan langkah gontai. Ia berlari kecil melihat Dea yang sedang sendirian. Kesempatan ini untuk mengganggunya. Harus di manfaatkan sebaik mungkin.

"Hai, Sayang. Lagi ngapain?" goda Resta bersender di pagar pembatas balkon. Berhadapan dengan Dea. Cewek itu tampak cuek dan tak mengindahkan keberadaan Resta.

"Kok diem? Ada masalah?" tanya Resta. Nadanya berubah khawatir karena Dea mendiamkannya. Biasanya cewek ini akan mengomel panjang lebar saat ia mengganggunya.

"Lo kenapa, De?" Dea tetap diam. Resta berdiri tegak. "Lo bisu sama budeg, ya?" tanya Resta.

"Kalo diem, gue cium, nih," ancamnya. Dea mendelik tajam membuat senyum Resta merekah di bibirnya.

"Apaan sih Res? Gue lagi gak mood tau gak," ketus Dea.

"Lo kenapa?"

"Gue lagi gak mau liat wajah lo hari ini. Udah, sana. Gue lagi gak mau ngomong," Dea menatap malas wajah Resta. Wajah cowok itu memang tampan, namun hati Dea tak pernah mau menerimanya.

"Anj*ng jahat banget mulut lo, apa perlu gue cium dulu kali, ya? Biar sopan kayak dulu lagi," kelakar Resta. Ia sengaja memancing-mancing kemarahan Dea. Dia lebih suka melihat Dea yang sedikit cerewet daripada harus diam seperti ini.

"Lo kenapa gangguin gue mulu? Gak capek apa?"

"Nggak. Kan udah gue bilang sama lo, gue kayak gini nih, karena gue suka sama lo," terang Resta.

"Ini soal perasaan, Res. Jangan main-main! Gue tuh gak mau deket-deket sama cowok fakboy kayak lo, yang ada gue makan hati terus," Dea mulai terpancing. Resta semakin semangat untuk menggodanya.

"Ya, tubuh gue aja yang deket-deket sama cewek lain, but my heart always for you." Resta cengir kuda melihat wajah kesal Dea. Ada rasa senang saat melihat wajah kesal cewek itu, imut!

Dea mencoba menahan tawanya saat Resta berbahasa Inggris namun logatnya masih tetap Indonesia.

"Kalo mau ketawa mah ketawa aja, De. Gak usah di tahan, bengek gue liat lo," ucap Resta.

Dea tersenyum lalu terkekeh kecil. "Sok Inggris lo, Res. Bahasa Inggris aja lo remedi," ejek Dea dengan tanpa rasa bersalahnya.

"Gue anak Bahasa mah, bebas. Anak IPS mana tau," balas Resta.

"Iyain dah, ntar nangis," kekeh Dea. "Kasian, mana masih kecil lagi."

Resta mengacak rambut Dea yang di gerai. Poninya sedikit berantakan akibat ulah Resta. "Lo yang kecil. Sadar diri napa, Cil."

"Hu! Gaje Lo!" Dea kembali tertawa lepas. Resta tersenyum lebar menatap wajah Dea yang nampak lebih manis saat tertawa.

"Walaupun lo anggap gue becanda, De. Gue gak masalah. Asalkan gue bisa terus dekat sama lo. Gue emang bener-bener suka sama lo," batin Resta.

Dea menatap Resta dari sudut matanya. Wajah tampan itu tampak tulus tertawa bersamanya.

"Sampe kapan lo bakal kayak gini, Res?" tanya Dea.

All About You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang