19. BOLOS

72 26 24
                                    


"Kenapa Faskha natap gue tadi kayak gitu, ya? Kayak gak suka gitu, apa dia cemburu gue dekat sama Mbak Lathifah?" Dirga duduk bersila di ranjangnya nan empuk. Cowok dengan kaos merah bertuliskan "831" dan "8312" tersebut sedari tadi mengoceh sendiri di kamarnya.

"Ck! Ya kali," cibir Dirga pada dirinya sendiri.

"Apa dia gak suka kalo gue deketin Mbak Lathifah? Tapi 'kan tadi gue cuma bantuin dia, gak salah dong? Masa sih Faskha marah kalo gue bantuin Mbak Lathifah?" Ia memicingkan matanya dan menupang dagu dengan tangannya yang berada di atas paha.

"Tapi tatapannya tadi bikin gue semangat ngejar dia, kayak ngasih semangat gitu buat gue! Gue gak pekaan banget sih! Hehe."

Dirga terus mengoceh sendiri tentang Faskha. Memang agak aneh dengan tatapan tidak suka Faskha yang di berikannya pada Dirga saat dekat dengan Lathifah. Apa Faskha mulai suka sama Dirga? Entahlah. Itu hanyalah sebuah kemungkinan yang belum tentu benar atau tidaknya.

Di sisi lain, Faskha mencoba untuk menutup matanya dan memaksanya untuk tidur. Namun, matanya menolak melakukan itu.

"Ya Allah ... aku ini kenapa sih? Kok dari tadi gak bisa tidur? Padahal udah capek banget nih," keluhnya seraya mengusap wajahnya kasar.

Tiba-tiba bayangan kejadian Dirga menatapnya saat membantu Lathifah melintas di pikirannya. Tatapan senang saat melihat dirinya dapat ia rasakan dari Dirga. Tatapan itu selalu di berikan Dirga untuknya, namun dia tak tahu harus membalas bagaimana. Faskha juga terpikir bagaimana tatapannya tadi saat menatap Dirga.

"Apa tatapanku tadi aneh, ya? Mudah-mudahan aja Dirga gak salah paham," harap Faskha.

"Tapi, entah kenapa aku merasa gak nyaman aja liat Dirga dekat sama Mbak Lathifah," celetuknya.

"Kenapa aku selalu terbayang wajah Dirga?"Faskha kembali mengusap mukanya.  "Ya Allah ... udah dong, udah malam nih, aku jadi gak bisa tidur gara-gara ke inget yang tadi siang," keluh Faskha.

Kembali lagi ke rumah Dirga. Anak tunggal dari Kenny dan Uri itu belum juga terlelap. Dia masih cengar-cengir dan sesekali memeluk erat guling di sampingnya.

"Faskha lagi ngapain, ya? Apa dia pernah mikirin gue? Apa dia pernah ngerasain rindu sama gue?" Dirga menatap lurus ke langit-langit kamarnya, dan kembali terbayang senyum manis Faskha.

"Seandainya emang tadi lo cemburu, Kha. Gue minta maaf, walaupun lo gak denger ini, gue bakal tetap ngomong gini. Secantik apapun, semanis apapun, dan sebaik apapun seorang cewek sama gue, kalo itu bukan elo, gue gak bakal suka," ucap Dirga penuh penekanan.

"Gue bakal terus mencoba untuk ngedapetin elo, kalo emang gak takdir, ya ... gue bisa apa? Gue rela kalo lo sama yang lain, seengaknya gue udah pernah berjuang buat lo, jujur dari hati yang paling dalam, gue sayang banget sama lo, Kha," ucap Dirga menutup matanya. Kemudian, dari sudut matanya mengalir air mata.

"Semoga Allah takdirin gue sama lo, Kha. Gue cuma mau sama elo! cuma elo! Bukan yang lain!" tegas Dirga.

Di balik kejahilan dan kemanjaannya, Dirga memang memiliki hati yang lembut kalau soal perasaan. Dia tidak pernah bermain-main dengan perasaannya, jika ia suka, maka ia akan mencoba mendapatkannya. Kalau dia sedih, dia tidak bisa menahan tangis walaupun hanya untuk hal yang kecil.

.
.
.

Dalam keadaan tertidur, Faskha mengukir senyum di bibirnya. Dan tanpa sadar, air matanya menampakkan diri di sudut matanya dan menggelinding jatuh.

"Dirga," ucapnya dengan mata yang masih tertutup.

****

"Ck! Si Alif pake gak sekolah lagi hari ini, gue jadi sendiri!" kesal Dirga dengan berjalan cepat menuju kelas dan memasang muka datar. Dia memakai tudung hoodie-nya untuk menutupi wajahnya, dengan terus mengoceh meluapkan kekesalannya pada Alif.

All About You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang