25. PANIK DAN KESAL

66 26 38
                                    


Dengan muka di tekuk cowok blasteran Jerman–Manado tersebut  membawa tumpukan buku-buku ke perpustakaan yang tadi di tugaskan Bu Rena untuknya. Sebenarnya malas sekali dia melakukan ini, tapi jika tidak di lakukan bisa-bisa rusak reputasinya sebagai wakil ketua OSIS di mata guru. Dia berhenti di depan kelas XII IPA 4 dan mengatur napasnya. Dia menahan Faskha yang hendak keluar dari kelas.

"Ada apa, Kak?" tanya Faskha mundur dua langkah dari Damian.

"Panggil gua Damian, kita seangkatan, gak usah panggil Kakak, okey?"

Faskha tersenyum kecil dan mengangguk.  "I–iya, Damian." Damian terperanjat. Ia merasa bersalah karena berbicara menggunakan 'lo' dan 'gua' pada wanita berhijab lebar yang baru di temuinya.

"Maaf, kalo aku agak kasar, aku gak bermaksud gitu sama kamu," ucap Damian tersenyum kikuk.

"Iya, gak papa, Damian."

Dirga yang baru keluar dari kelas bersama Alif langsung terperanjat melihat kejadian di depan matanya. Bidadari surganya di ajak bicara oleh rivalnya di sekolah. Wajahnya berubah seketika menahan kesal. Kedua alisnya bertaut kesal.

"Eh, eh, mau kemana?" Alif menahan tangannya Dirga.

"Mau ke sana lah!" kesal Dirga tanpa berpindah pandangan. "Lepasin!" berontak Dirga.

"Eh, gila! Lo siapa nya Faskha? Ha? Sampe ngelarang Damian deketin dia?" ucap Alif menyadarkan Dirga.

"Ya ...," Dirga berusaha mencari jawaban. "Ya gue calon imam masa depannya Faskha lah!" jawabnya asal.

"MASIH CALON, BANG! MASIH CALON! C-A-L-O-N!" tekan Alif di telinga Dirga.

"Bodo amat!" Dirga melepas paksa tangannya dari genggaman Alif. Dengan perasaan kesal, ia melangkah menuju Faskha dan Damian.

"Bantuin aku bawa ini ke perpustakaan, ya? Kamu bawa yang dikit ini aja, biar gak berat-berat amat," ucap Damian tersenyum pada Faskha. Sebenarnya hatinya detik ini terpaut pada Faskha. Dia sudah jatuh cinta pada cewek yang berdiri di depannya ini.

"Biar gue aja, Dam."

Damian menoleh ke arah Dirga. Pemuda dengan cepat mengambil sebagian buku-buku yang di bawa Damian.

"Eh, eh, tarok lagi," cegah Damian dengan wajah kesal. "TAROK!" titahnya.

"Lah? Kenapa?"

"Gue minta tolongnya sama cewek ini, bukan sama lo, kok lo tiba-tiba ambil ini? Kesambet apaan lo? Tumben mau nolongin gue?!" ucap Damian.

"Eh, KUNYUK! Lo pernah mikir gak, sih? Masa lo minta bantuin angkat yang kayak ginian sama cewek? Kalo tangannya rusak gimana? Mau tanggung jawab lo?" Dirga menatap garang ke arah Damian.

"Kok lo yang sewot, Nying?" kesal Damian.

"Emang kenapa?"tanya Dirga dengan tatapan menantang. "Masih mending gue mau bantuin elo, kalau gitu gue tarok lagi nih," kesal Dirga meletakkan kembali sebagian buku-buku yang di ambilnya dari Damian. Damian melongo melihat tingkah Dirga. Dia memicingkan matanya curiga ke arah Dirga.

"Lo suka sama nih cewek?" bisik Damian menatap Faskha yang kebingungan di tempatnya karena perdebatan Damian dan Dirga.

"BAPAK LO!" kesal Dirga.

"Kalo gak suka ngapain lo--"

"Ah udah, ah! Boros tenaga kalo ngomong sama bule kayak lo!" sergah Dirga. "Jangan bantuin dia, Kha. Kita ke kantin aja." Tanpa sadar, Dirga menarik tangan Faskha untuk ikut ke kantin bersamanya.

"WOI! BANGKE BANTUIN DULU! WOI!" teriak Damian pada Dirga yang sudah membawa lari Faskha.

Saat melihat Alif yang melewatinya, Damian cengir kuda berpura-pura ramah. "Bantuin gua, Lif," ucapnya.

All About You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang