9. AKHIR DARI SEBUAH RENCANA

129 31 19
                                    


Mona berjalan menuju taman belakang sekolah dengan jantung yang berdebar-debar. Rasa cemas terpancar jelas di wajahnya. Ia sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi antara dia dan Dirga di sana.

Saat sampai di taman belakang sekolah, Mona celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Dirga. Cewek itu sedikit bergidik dengan keadaan taman yang sangat sepi. Suara kebisingan para murid memang masih terdengar di sana, karena kantin tak begitu jauh dari sana.

"Di-Dirga? Lo di mana?" panggil Mona dengan sedikit terbata.

Saat mendengar suara mantan kekasihnya itu, Dirga bangkit dari posisinya. "Gue di sini," jawabnya yang membuat Mona langsung beralih pandang ke arah bangku taman.

Mona menghampiri Dirga dan duduk di sebelahnya dengan rasa was-was. Ia melirik wajah tampan cowok itu dari sudut matanya. Tidak di temukannya tanda-tanda kemarahan di sana.

"Akhirnya lo datang juga, udah lama lho gue nungguin lo di sini." Dirga tersenyum kecil dan mengenyampingkan poni yang menutupi wajah Mona. Cewek itu hanya membalas perlakuan Dirga dengan tersenyum kecut.

"Ada perlu apa lo sama gue?" tanya Mona.

"Eum, kayaknya gue cuma rindu sama lo. Rindu momen-momen saat kita pacaran dulu," goda Dirga terkekeh pelan.

Mona mengernyit. Kok nih cowok aneh gini, ya? Apa benar dia belum bisa move on dari gue? batin Mona.

"Sayang." Dirga menggeser duduknya menghapus jarak antara dirinya dan Mona. Cewek itu mundur karena Dirga berusaha memojokkan dirinya.
Dirga terus mendesak agar tubuhnya semakin dekat dengan Mona. Usaha Mona untuk mundur akhirnya berhenti karena ia sudah terhalang oleh salah satu tangan bangku.

"Gue baru sadar, kalo lo secantik ini jika di lihat dari dekat," bisik Dirga tersenyum smirk.

"Dirga, lo jangan aneh-aneh, deh." Mona memiringkan tubuhnya ke belakang. Jarak antara tubuhnya dan Dirga sangat dekat. Bahkan bisa di bilang tidak ada jarak lagi antara keduanya.

"Aneh gimana, sih?" Tangan kekar Dirga membelai lembut pipi mulus Mona. Tangan tersebut merayap ke bawah dan berhenti di leher Mona. Ia memandangi tubuh Mona dengan tersenyum nakal.

"Dirga, lo gak lagi mabuk 'kan?" tanya Mona ketakutan.

"Mungkin." Senyumnya bertambah lebar, membuat wajah Mona semakin ketakutan. Jakunnya naik turun meneguk ludah. Lidahnya menjilati bibir atasnya. Ia mendekatkan kepalanya ke leher Mona-mencium wanginya gadis tersebut. Ia mengunci pergerakan Mona dengan tangannya yang berada di sebelah kanan dan kiri Mona.

"Dirga, lo kenapa?" Tangan Mona menahan tubuh Dirga yang semakin mendesaknya.

"Gue baik-baik aja. Lo wangi banget, Mon."

"Dirga, Lo gak lagi-"

"Gak lagi apa?"

"Lo jangan aneh-aneh, deh."

"Gue cuma lagi 'pengen' aja. Lagian di sini sepi, gak ada yang bakal liat apalagi ganggu kita kalo 'main'.

"LO GILA?!"

"Lagian kalo lo hamil, gue bakal tanggung jawab, kok. Tenang aja. Lo bisa hidup senang di rumah mewah gue, tanpa harus jual diri lagi. Lo bisa jadi anggota keluarga Argenta," bujuk Dirga.

Di sisi lain, Dea sedang menunggu Dirga yang dari tadi tidak datang menemuinya. Sudah satu jam ia duduk sendiri di kantin.

DIRGA ARGENTAZO

[ Kmu Dmna?]

[ Aku udah nungguin kamu lho dari tadi ]

All About You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang