7

334 21 18
                                    

Dont Forget to Vote and Coment readers!😉





Happy reading!









Pernyataan cinta akan datang begitu saja. Ketika hati mulai merasakan nyaman dan juga satu

~•~

Tiga jam kemudian ....

Dean melenguh. Berusaha membuka kedua matanya. Kemudian, ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kedua retina hitamnya. Ia pun berusaha untuk menggerakkan tubuhnya yang terasa berat. Mengeluarkan salah satu tangannya dari sana dan mulai membuka selimut yang membungkus dirinya yang ternyata ada tiga lapis.

Pantes panas! Selimutnya aja tiga lapis gini. Gila emang! Tapi, kenapa gue bisa pake selimut di sini? Kemarin kan gue masih di hutan, batin Dean kebingungan. Kemudian, ia pun berusaha untuk berpikir keras. Akan kemungkinan yang ia dapatkan.

Apa mungkin, sundel bolong yang bawa gue ke sini?

Seolah menjawab pertanyaan Dean, tanpa sengaja, pandangannya terfokuskan pada sosok gadis yang sedang berbaring di sampingnya. Dengan lengan kiri yang ia jadikan sebagai bantalan. Bahkan, gadis itu tidak mengganti pakaiannya dan tetap memakai pakaiannya yang basah semalam.

Mendengar ada pergerakan dari luar, Dean kembali memejamkan matanya. Dan sesuai dugaannya, Steva masuk ke dalam tenda sembari membawa senampan sarapan. Sarapan milik Dean dan juga Aqila. Meletakkannya di atas nakas.

"Aqila, bangun!" ucap Steva sembari menggerak-gerakkan badan Aqila. Aqila melenguh. Menegakkan badannya dan menoleh ke arah Steva.

Steva yang melihat kondisi Aqila yang memperihatinkan pun hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Jika ditanya, apakah ia sudah meminta sahabatnya itu untuk membersihkan diri apa belum, maka jawabannya sudah! Dan dengan keras kepalanya, Aqila menolak dan bersikukuh untuk menemani Dean hingga lelaki itu sadar.

"Aqila, gimana kalo lo ganti baju dan tiduran bentar di tenda? Biar anak PMR aja yang jagain Dean. Sejak semalam loh, lo belum ganti baju. Bahkan, gue yakin, semalam lo gak bisa tidur nyenyak kan?" ucap Steva yang sukses membuat Dean yang memejamkan mata itu tertegun. Jadi, Aqila menunggunya semalaman?

Aqila hanya mengulas senyum saja sebagai jawaban.

"Gue di sini aja. Gue baik kok."

"Tapi, Princess—" Aqila mengangkat tangannya dan menggeleng. Membuat Steva hanya bisa pasrah saja.

"Bilang ke gue kalo butuh sesuatu. Gue selalu ada buat lo. Dan itu juga, sarapannya dimakan! Awas sampe lupa!" Aqila menganggukkan kepalanya dengan wajah pucat pasinya. Steva pun berlalu dari sana. Meninggalkan Aqila bersama Dean, berdua.

Aqila menundukkan wajahnya. Menatap wajah damai Dean. Tangannya pun terulur untuk mengelus pipi Dean.

"Prince, kapan lo bangun sih?" ucap Aqila lesu. Lalu, pandangannya pun teralih pada bungkusan nasi yang dibawa Steva. Lantas, tangannya terulur untuk mengambilnya dan memasukkannya ke dalam laci nakas. Berusaha menyembunyikan bungkusan tersebut. Namun, belum sempat ia menutup lacinya, tangan seseorang sudah lebih dulu mencekalnya.

"Jangan dibuang! Makan!" titahnya dingin. Aqila yang mendengar ucapan sosok tersebut pun sontak melompat dan memeluk lelaki itu erat.

"Puji syukur Tuhan, lo bangun juga," ucap Aqila lega. Dean, sosok yang dipeluk Aqila itu pun membeku. Perlahan namun pasti, tangannya naik mengelus punggung Aqila.

DEQILA Story REVISI VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang