20

206 12 29
                                    

SEBELUM MEMBACA, KLIK VOTE DI POJOK KIRI BAWAH!👇🏻
















KOMEN JUDUL LAGU YANG AKU PASANG KEMARIN DI PART 19👉🏻









AND HAPPY READING!






















SEKALI LAGI, PLEASE NO SILENT READERS! SETIDAKNYA, TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE. KARENA AKU BAKAL NGRAHASIAN USER KALIAN. KARENA MEMANG, KALO KALIAN VOTE, GAK BAKAL ADA YANG TAHU SELAIN AUTHOR😤










JADI, DEAR SILENT READERS, BURUAN LAKUIN SEKARANG!











Cepat atau lambat, kamu pasti akan mengetahuinya. Karena bagaimanapun, kita adalah sepasang kekasih. Dan tidak seharusnya, ada 'rahasia' di hubungan kita

~ Aqila Eitene Gustav ~

~•~

"Siapa itu?"

Mampus! Aqila melebarkan kedua matanya. Tak tahu harus melakukan apa. Dean yang melihat kelakuan kekasihnya itu pun menyunggingkan senyum lebar.

"Makannya, kalo di depan mertua, jaga image!" tegur Dean meledek.

"Mertua mbah lo!" balas Aqila sewot.

"Heh! Siapa itu yang kurang ajar?" Ingin rasanya Aqila ditelan bumi sekarang. Karena image-nya di depan Nita sudah hancur.

Dean terkikik geli di tempatnya. Mengarahkan kameranya ke arah Aqila.

"Aqila, Mi," jawab Dean sengaja memanas-manasi. Belum sempat Aqila memukul kepala Dean-anak kesayangan mami Nita itu-ia justru mendapatkan pekikan dari sang wanita paruh baya. Aqila menoleh ke arah ponsel Dean kaget.

Eh, buset. Ini mak-mak rempong kenapa? pekik Aqila di dalam hati.

"Tante kenapa?" panik Aqila khawatir ketika setitik air mata menetes dari kedua matanya.

Nita belum menjawab. Ia meraih dasternya dan menjadikannya sebagai tisu. Mengeluarkan ingusnya ke daster tersebut. Habis sudah image Nita yang ada di benak Aqila. Ia kira, Nita akan seperti mamanya dulu yang merupakan ibu sosialita. Karena image Nita yang sekarang, jauh dari kata itu.

"Dean, ini mami kamu sering gini?" bisik Aqila masih syok.

"Nggak sih, Mami gini kalo biasanya Al lahiran aja."

"Hah?"

"Itu ... alpacanya Mami," balas Dean menjelaskan. Aqila mendelik di tempatnya.

Hei! Apa maksudnya itu? Perasaan, ia hanya dirawat karena pendarahan di kepala. Dan bukan di perut! Ingat! Kepala! Lalu, kenapa Nita harus menangis sampai segitunya?

Mendadak Aqila uring-uringan di tempatnya. Ingin rasanya sekarang ia menjabak rambutnya, karena frustasi menghadapi kelakuan keluarga Akandra itu. Yah, setidaknya papi Dean tidak sama seperti istri dan anaknya. Atau dibilang, masih waras. Eh.

"Mi, jangan nangis lagi. Aqila udah gak papa kok," ujar Dean menenangkan.

"Heh! Panggil dia dengan embel-embel 'kak', ya!" tegur Nita dengan tatapan yang berganti tajam. Dean menggembungkan kedua pipinya, tidak terima.

"Kan dia pacar Dean, Mi," balas Dean malas.

"Mau pacar kek, calon mantu kek. Eh, tunggu! PACAR?" seru Nita syok di tempatnya dengan mata membeliak.

DEQILA Story REVISI VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang