PROLOG

262 42 2
                                    


Helaian bunga magnolia berjatuhan. Warna merah muda mahkotanya begitu lembut terlihat. Membelai lembut pipi pria itu, membuatnya terbangun dari tidur siang yang terasa begitu panjang. Diatas sebuah teras kayu sederhana, pohon magnolia miliknya tumbuh dengan kekuatan impian dan menjadi pohon paling cantik didunia.

Ia tersenyum dan menghirup aroma harum yang kelopak itu buat. Rasanya lavender akan mundur ke nomor dua. Langit biru kali itu terlihat sangat jernih seolah ikan-ikan pun rela untuk berenang disana. Dia terhanyut dalam relung lamunan siang itu. Menerka-nerka kapan kekasihnya akan pulang.

Terkadang sulit baginya membedakan mana mimpi mana yang nyata. Mimpi hari kemarin mungkin akan menjadi kenyataan hari ini. Kenyataan hari ini mungkin akan jadi harapan hari esok. Semuanya terasa seperti sihir terlarang yang sengaja diucapkan. Namun mantra kejaiban itu membawanya berkenala dunia.

Hidupnya terasa begitu indah seolah Tuhan membiarkan dirinya melukiskan semua cerita dengan penanya sendiri. Mengalir membawa kemakmuran dan kebijaksanaan akan setiap kisah. Apakah ia bahagia, tentu saja. Sangat bahagia.

Selama ini, waktu bergulir cepat, seolah ia sedang berdiri diatas sebuah cahaya. Tiap detik, tiap menit, tiap jam. Tiap hari, tiap minggu, tiap bulan. Dan tiap tahun. Musim silih berganti.

Musim semi adalah saat dirinya terlahir. Musim panas ketika dirinya bahagia dengan masa mudanya. Musim gugur adalah saat dirinya mulai beranjak pada kedewasaan. Dan terakhir, musim dingin, seharusnya waktu kematian untuk menjemput.

Tapi sebanyak apapun musim dingin berlalu. Kematian seolah tidak pernah datang.

Ia terlahir kembali untuk bersemi.

Manik birunya mengangkap sosok itu berjalan diantara rumput hijau yang masih berembun bekas hujan semalam. Tangannya melambai pelan, cincinnya berkilau indah. Senyumnya lalu mengembang.

Tidak ada yang mustahil dunia ini. Semakin banyak kau bermimpi. Semakin banyak impian terjalin. Seperti benang emas sutera. Atau seperti rasi bintang dilangit. Seperti akar padang bunga. Atau seperti pasir digurun. Atau bahkan seperti buih dilautan.

Hingga takdir membawanya pergi jauh.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang