King's Knight Part 2

78 36 2
                                    

Pagi itu Trevor mengetuk pintu kamar Sang Raja, setelah matahari terbit diufuk timur dan kokok ayam sudah membangunkan seluruh kota. Sinar keemasan itu jatuh ke wajah pria itu dan memenuhi setiap sisi ruangan mewahnya, gorden lebar berwarna putih disibak. Dengan pelan Trevor datang mendekat keranjang lalu menyentuh lembut tangan pemuda itu.

"Selamat pagi, Yang Mulia."

Manik birunya menatap tajam kearah Sang Jendral. Tidak menyukai ketika tidurnya diganggu. Walau pada akhirnya pemuda itu tetap beranjak dari kasurnya, meneguk secangkir teh hangat yang sudah dibawakan pelayan. Didinding kamar itu terdapat lukisan dirinya yang tengah duduk diatas takhta dengan memakai mahkota emas dengan taburan permata ruby serta tongkat emas yang dipuncaknya terdapat berlian bersinar.

Itu adalah Adam diumur tujuh belas tahun ketika naik takhta sebagai Raja Willhelmia yang ke delapan belas. Sebelumnya ditempat yang sama terpajang lukisan ayah serta ibunya, tetapi tampaknya pemuda itu memindahkan lukisan tersebut. Karena perasaannya tidak nyaman ketika setiap membuka harus melihat wajah sedua orangtuanya yang telah wafat.

Diliriknya tangan Trevor yang sudah membawa dokumen tebal ditangannya. Bertanya-tanya kenapa tidak penasihat Kerajaannya saja yang dia datangi. Sang Raja masuk ke kamar mandinya dan tak lama sudah keluar dengan pakaian formal. Sebuah pakaian biru gelap berbahan beludru yang lengkap dengan gelar-gelar kebangsawanannya. Celana hitam dengan sepatu boots bertali berwarna coklat gelap juga ia kenakan

Rambut pirangnya disisir rapih disamping, sambil melihat kearah taman indah diluar jendela tingginya. Sikap Trevor terlalu bersemangat untuk Adam, di umurnya yang sudah memasuki 40 tahun. Tampang garang, gagah dengan pedang yang selalu bertengger dipinggangnya, orang-orang tidak akan percaya jika pribadi pria itu sedikit ceria.

"Ada apa pagi-pagi sudah datang kekamarku? Kalau tidak penting aku tendang kau keluar."

Pria menawan itu tersenyum ketika mengetahui kondisi Sang Raja sedang tidak baik karena dirinya, "Tentu ini akan membuat anda senang, Yang Mulia. Ackerley masih disibukkan dengan perintah yang baru saja anda beri, sehingga dia meminta tolong padaku untuk menyampaikan ini pada anda."

Adam diam mendengarkan, "Yang pertama adalah akta pembebasan tanah di Combust oleh Earl Gerald. Ia sudah setuju jika tanahnya dibeli oleh Kerajaan."

"Kenapa sampai tertunda?" tanya Adam dingin.

"Konflik, Yang Mulia. Terkadang bangsawan-bangsawan suatu wilayah mempunyai pendapat berbeda satu sama lain. Tetapi mereka sudah melakukan mediasi, anda mungkin tidak mengenal Earl Gerald." Trevor memelankan suaranya, "Dia sudah tua jadi mudah dipengaruhi oleh orang lain."

"Berikutnya perihal pabrik senjata di Kota Atkins, Yang Mulia. Mereka ingin anda datang untuk peresmian."

"Pabrik itu sudah berdiri sejak lama sekali, yang aku lakukan hanya sekedar perbaikan. Tidak perlu peresmian segala."

"Tapi, Yang Mulia."

Adam melirik Sang Jendral yang terlihat kurang setuju dengan perkataannya. "Baiklah. Kapan peresmian itu? Hari ini?" ia menjawab seolah sudah tau jawabannya.

Trevor tersenyum, "Ya. Yang Mulia. Pagi ini setelah sarapan, akan saya antar anda kesana."

Adam menghela nafas. Kewajibannya tidak bisa ia tinggalkan hanya karena memilih untuk bersantai-santai diruang bacanya seharian penuh. Trevor mengikuti langkah Sang Raja yang membawa mereka menuju ruangan makan. Melewati lukisan para Raja terdahulu yang tergantung indah di dinding koridor. Sinar matahari dengan teriknya masuk dari balkon terbuka yang mengiringi panjang lorong itu, dengan jajaran pilar putih setinggi pinggang lelaki dewasa.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang