Goodnight Lavender Part 2

53 22 1
                                    


Adam memijit keningnya, "Yang sampai menyebarkan kasus ini, benar-benar kelewatan. Lagipula bagaimana rakyat menyimpulkan keterlibatan penyihir disini?"

"Mungkin karena mayat dari perempuan itu Yang Mulia. Ciri-cirinya membuat rakyat mengira telah terjadi praktik ilmu hitam sedang terjadi."

"Kita tidak bisa melibatkan para pemuka agama disini. Karena sudah pasti mereka akan memihak rakyat."

Trevor memacu kudanya mendekati kerumunan massa, keadaan kacau dan tidak beraturan. Dari kejauhan ia bisa melihat para wanita yang serta kakinya diikat, diarak dengan tandu kayu. Dikelilingi dengan api panas dan garpu rumput. Terlihat jelas jika mereka sedang menangis ketakutan.

"Tolong hentikan!" Trevor mendekati orang yang ia kira memimpin kerumunan. Pria tua itu tidak menghiraukan dan warga terus teriak meminta agar ketiga wanita itu secepatnya dieksekusi. Trevor berusaha menahan dirinya, tetapi sikap warga Willhelmia begitu kerterlaluan. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun pada Sang Raja membuat Trevor naik pitam.

Dia memerintahkan prajuritnya untuk segera turun tangan. Kuda mereka menghalau jalannya rombongan itu. Meminta agar obor dipadamkan dan garpu itu diturunkan. Tidak banyak rakyat yang terlihat takut, sehingga mereka terus melawan blokade prajurit dengan paksa.

Trevor bahkan bingung kemana arak-arakan itu akan dibawa. Tetapi dirinya berpikir jika para warga ini ingin membawanya keliling kota, untuk 'memperkenalkan' wanita yang dituduh sebagai penyihir itu.

Adam tidak habis pikir dengan kelakuan rakyatnya, kota maju seperti Tropes masih percaya dengan mitos dan tahayul. Biasanya hal ini hanya terjadi di desa-desa kecil, bukan di negeri besar seperti Willhelmia. Bahkan Willhelmia sendiri sebenarnya tidak memiliki tatanan sosial yang cenderung puritan dan fanatik pada dogma-dogma keagaaman.

Bagai api yang membakar musim panas. Orang-orang melakukan tindakan main hakim sendiri.

Hanya sebagaian kecil warga yang mau menerima perintah dari Sang Jendral. Menandakan adanya rasa hormat pada Sang Raja. Tujuan utama Trevor untuk membawa wanita malang tersebut ke istana masih jauh. Pria itu tidak memihak pada siapapun, dan memperlakukan semua orang sama.

Perlahan karena rakyat juga tidak bisa melawan prajurit, mereka mulai tenang dan berhenti berteriak. Walau begitu Trevor masih tidak bisa memadamkan amarah mereka. Sang ketua dari arak-arakan itu maju menemui Trevor.

"Jendral! Wanita-wanita itu keturunan iblis! Mereka bangsa penyihir! Jadi tolong segera eksekusi mereka!"

"Tenanglah. Saya tidak bisa mengadili mereka. Hal ini akan diserahkan pada Yang Mulia Raja. Tolong jangan main hakim sendiri. Beliau yang akan memutuskan."

Pria dengan wajah sangar itu terus memanaskan keadaan dan membuat warga lain tidak terima dengan keputusan Sang Jendral. "Tidak! Kami ingin mereka dieksekusi dibalai kota. Dihadapan kami semua!"

Adam semakin berpikir jika Trevor tidak bisa mendamaikan mereka. Cahaya berkobar dari api itu masih belum padam. Dia masih dapat melihatnya dari balkon. Disampingnya setia menemani abdi dan Ksatria Kerajaan, menunggu perintah Sang Raja. Keadaan ini sama sekali tidak ia duga sebelumnya.

"Waktu tiga hari lalu, apakah kau meminta kakakmu Tuan Francilius untuk mengantarkan hasil pemeriksaan korban padaku?"

Ackerley mengangguk, "Ya Yang Mulia. Karena aku sangat terburu-buru untuk menemui dewan parlemen sesuai perintah anda sehari sebelumnya."

"Kau sempat membaca dokumen itu?"

"Tidak Yang Mulia. Setelah dokter menulisnya, saya langsung menyegel amplop itu dan membiarkan anda yang pertama kali membacanya."

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang