Deadly Nightshade 3

32 15 0
                                    


Jalanan batu tersebut langsung menuju pintu masuk Kerajaan, raut wajah pria tua terlihat begitu khawatir. Keriputnya terlihat semakin jelas. Janggutnya pun tidak tersisir rapih seperti biasa. Dirinya berharap jika tidak ada hal buruk yang akan terjadi dengan pemimpin negeri itu.

Panji-panji berlambangkan singa mulai dikibarkan oleh para prajurit Gwylion, warna emasnya terlihat begitu mewah. Sang Raja pun melirik keadaan diluar jendela. Tercengang karena banyak sekali prajurit berzirah yang berjaga dipintu masuk itu.

Kereta itu tidak perlu berhenti didepan gerbang untuk pemeriksaan. Panji yang terkibar itu sudah bisa dipastikan sebagai negara sahabat. Dirinya turun dipintu utama dan disambut oleh Jendral Kerajaan, Trevor.

Henry bisa melihat ketegangan dan kengerian yang tercetak jelas diwajah pria itu. Yakin jika telah melalui malam yang menyeramkan. "Raja Henry? Apa yang anda lakukan disini?" suaranya bahkan terdengar parau.

"Aku mendengar kabar soal Adam. Bagaimana dia sekarang?"

Pria itu menggeleng lemah, "Kami tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya. Mari masuk, saya akan antar anda ke kamar Yang Mulia." Kantung matanya terlihat begitu hitam dan bibirnya pucat.

"Bawa kotak itu?"

"Apa ini Yang Mulia?"

Kaki mereka dengan cepat melangkah disepanjang koridor megah itu, dengan karpet empuk dan lampu kristal yang bersinar terang. Henry melihat keadaan yang begitu ramai, pelayan dan prajurit Kerajaan terlihat diberbagai sudut istana. Keduanya mulai menaiki tangga menuju kamar Sang Raja.

"Apakah gejala yang Adam buat sama seperti korban yang tewas dengan bunga bayangan malam itu? Karena ini adalah penawarnya. Tivius kembali menemuiku setelah kalian berhasil menemukan jenis racunnya. Lalu aku bermaksud untuk membantu dengan membuat penawarnya."

Senyum Trevor mengembang dan matanya membulat, "Apakah ini bisa menolong Yang Mulia?"

"Kuharap bisa."

Sebuah pintu besar terbuka lebar dengan beberapa erangan panik terdengar.

"Yang Mulia berhenti bernafas!"

"Yang Mulia berhenti bernafas!"

Henry dan Trevor dengan cepat memasukinya. Ackerley dan semua orang yang tidak tidur semalaman untuk Adam tidak bisa mengontrol emosi mereka. "Apa yang harus kita lakukan!?"

Trevor mengeluarkan botol berisi cairan berwarna merah itu. Dilihatnya wajah Sang Raja yang sudah pucat seperti mayat.

"Nadinya berhenti Tuan!"

"Tenanglah. Raja Henry membawakan penawar ini. Apa yang harus kulakukan Yang Mulia!?"

Henry duduk sambil membuka mulut Adam. "Tuangkan saja pada mulutnya, cepat!"

Cairan itu mengalir masuk kedalam kerongkongan Adam. Ia tidak bisa menelannya hingga tumpah kewajah dan lehernya. Ackerley membantu mengangkat kepala Adam, membuat tubuhnya sedikit lebih tinggi hingga mampu menelan cairan itu sepenuhnya.

"Semuanya."

Trevor mengangguk, semua mata tertuju pada Adam yang sekarat ditengah ranjang. Satu botol cairan yang berisi beberapa teguk itu habis masuk ke dalam tubuh Sang Raja. Seorang dokter kemudian maju dan mengecek nadinya. Wajahnya begitu tegang.

Ackerley mundur perlahan ketika sang dokter menggelengkan kepala. "Tidak ada detak apapun." Ucapnya parau. Trevor dengan tatapan tidak percaya kembali mengambil botol cairan itu, dengan perasaannya yang sudah memuncak Trevor berusaha membuat Sang Raja menelan penawarnya sebanyak mungkin.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang