Chapter 4 : Summer Harvest Part 1

45 22 0
                                    

   

Sebuah seragam militer berwarna merah, sudah Adam kenakan pada sore itu. Hanya khusus untuk acara dan kegiatan resmi seperti sekarang ini. Mantel merah dengan double-breasted, kancing dua baris secara vertical yang dihias. Lengkap dengan jubah berlapis bulu, celana panjang, dan sepatu boots. Tak lupa sebuah mahkota emas dengan bentuk lebih sederhana dari yang lebih resmi.

Bagian kanan rambutnya disisir kebelakang dengan rapi. Mata biru lautnya terlihat begitu berkilau indah. Menerawang kebalik jendela, melihat sebuah padang rumpuh luas yang berada disisi kastilnya. Para pelayan wanita sangat sibuk dalam menghias Sang Raja. Memastikan jika tidak ada cacat dalam penampilannya.

Weithia juga ada diruangan itu bersamanya. Lelaki tinggi dengan mata kelabu yang dalam. Adam tidak pernah bosan untuk menatapnya. Dilihatnya Weithia yang sedang membaca sebuah buku. Dengan baju formalnya, sebuah jas panjang berwarna hitam dan dasi chavat berwarna putih. Rambutnya ia sisir semua kebelakang, menyisakan beberapa helai rambut didahinya.

Sebuah pedang pemberian Adam dipasang kuat dipinggangnya. Sarungnya berbuat dari perak dengan ukiran mawar yang berambat. Pedang peninggalan leluhurnya yang dia berikan pada Weithia sebagai tanda penghormatan. Sang Raja mulai lelah berdiri, baju formal ia kenakan harus dengan semua tanda gelar membuatnya tambah rumit.

Cahaya kuning matahari menyinarinya dengan terik, membuat matanya terasa sakit.

"Adam." Sebuah suara lembut terdengar dari belakangnya. Pria itu menoleh kesampingnya, seorang anak beramput hitam tersenyum kearahnya. "Jangan melamun. Nanti guru marah."

Ia kesulitan untuk berkonsentrasi dengan pelajaran matematika yang sedang gurunya terangkan. Pandangannya terus tertuju keluar jendela, memperhatikan pohon magnolia besar yang tengah bersemi musim itu. Pohon tinggi tanpa daun hijau, hanya dipenuhi dengan bunga bermekaran berwarna merah muda dan putih.

Dihitungnya berapa kali si bunga rontok dari ranting-ranting coklat itu. Banyak sekali sampai ia kewalahan. Pikirannya tidak hadir dalam kelas itu, menatap langit dan bertanya-tanya. Seperti apa jika dunia jika tidak ada perang dan kejahatan. Hanya ada bunga lavender, pohon magnolia dan kebaikan.

"Adam? Apa yang kau lamunkan? Saya akan mengakhiri kelas ini sebentar lagi."

Adam hanya tersenyum dan menggeleng, "Maaf." Lalu Sang Guru melanjutkan materinya dengan perlahan. Diliriknya kedua anak lelaki yang duduk tak jauh darinya. Fokus menulis dan memperhatikan. Dengan lembar kertas dan pena bulu ditangannya.

"Akhirnya musim semi datang juga setelah musim salju yang pahit dan dingin berlalu. Bunga-bunga mulai tumbuh. Dan aku bisa mencium wangi buah persik dipohon itu!" salahseorang anak berlarian lalu berusaha memanjat pohon tinggi itu. Adam hanya tertawa kecil karena sikapnya begitu tidak bisa diam.

"Jika kau tidak enak badan, lebih baik usah ikut kelas." Ucap seorang anak disebelahnya.

"Aku tidak apa-apa." Angin sejuk berhembus perlahan. Burung-burung menari diudara. Alam seperti sedang membuat musik yang membawa kegembiraan. Dilihatnya warna biru yang merajai langit dengan indah. Awan putih berarak-arak melintasi negeri yang jauh di timur itu.

Semua terlihat begitu hidup diingatan Adam.

Sebuah langkah baru sedang ia tempuh, sebuah lembar baru sedang ia tulis. Jauh dari rumah dan negerinya. Semua ia lakoni semata-mata untuk masa depan yang lebih cerah dari hari kelam dimasa lalu. Dirinya selalu bertanya-tanya bagaimana mempertahankan keinginan untuk hidup.

"Mungkin jawabannya polos dan sederhana. Karena keingintahuan. Kenapa kamu yang dipilih Tuhan. Kenapa kamu yang harus melewati ini semua. Ingin menjadi seperti apa kamu dimasa depan dan mungkin untuk mencari tahu apa keinginan terdalammu."

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang