Devil Sonata Part 3

44 21 2
                                    


Tak lama setelah prajurit Willhelmia membawa mayat itu ke rumah sakit untuk diotopsi, Trevor mendapat kabar jika perempuan itu adalah seorang yatim piatu. Tinggal sendirian dipinggiran Kota dengan bekerja sebagai seorang penghibur. Maka tak heran jika tidak ada yang mencarinya.

Robin memutuskan untuk ikut bersama Trevor untuk menemui Sang Raja ketika selesai jam makan pagi. "Komandan aku bisa memastikan jika perampok di Willhelmia telah ditangkap dan dipenjarakan. Letnan Bardolf sendiri yang menugaskanku untuk mencari mereka." Ucap Robin sambil duduk bersama Trevor diteras markas.

"Itu bukan kasus perampokan. Kau lihat sendiri jika bagian luar perempuan itu baik-baik saja. Tas berisi uang yang dia bawa juga masih ada. Perhiasan seperti kalung dan gelang juga masih melekat pada kulitnya." Trevor terlihat cemas ketika harus berhadapan dengan Sang Raja dalam beberapa saat.

"Kita akan menunggu hasil pemeriksaan untuk bisa menyimpulkan."

Robin mengangguk paham, penampilannya begitu rapih dan tampan. Mata birunya sangat jernih dan serasi dengan rambut gelapnya. "Menurutmu ini kasus pembunuhan?"

"Bisa jadi. Aku tidak yakin. Namun jika benar, pelakunya harus segera ditanggap agar tidak menimbulkan keresahan satu negara."

"Saya setuju. Omong-omong soal Raja. Bagaimana keseharian Weithia menjadi pengawal pribadi Yang Mulia?"

"Dia melakukan kerja baik, tidak mengacau atau membuat Yang Mulia kesal. Dia ikut pergi melakukan kunjungan ke beberapa tempat, berburu atau rapat bersama parlemen. Kurang lebih meringankan pekerjaanku. Sehingga aku bisa lebih fokus menghadapi masalah seperti ini."

"Willhelmia tidak pernah mendapat musibah seperti ini selama yang aku tahu. Jika kematian wanita itu ulah orang jahat, kita harus bisa mencari mereka secepat mungkin Komandan. Jika tidak ditakutkan korban akan bertambah."

"Kau benar tapi bukan aku yang memutuskan, melainkan Yang Mulia. Kuharap dia tidak terlalu marah mendengar kasus ini. Kau tau, dibalik penampilannya yang sabar, kadang sikapnya sedikit temperamen seperti almarhum ayahnya."

"Ini negeri yang besar Komandan. Apa saja bisa terjadi." Ucapnya sambil menghela nafas panjang. "Kurasa Yang Mulia tidak akan marah semudah itu Komandan. Dia begitu bijaksana. Anda pernah mengatakan jika orang bijak selalu mendengarkan nasihat."

Matahari semakin naik kecakrawala, kedua pria itu bisa merasakan jika hari semakin terik. Keputusanpun dibuat untuk menemui Sang Raja. Jarak markas militer dengan istana terbilang dekat, mereka hanya harus melewati taman bagian selatan dan bisa langsung sampai di dekat aula istana.

Mereka memutuskan berkendara dengan kuda untuk menyingkat waktu. Diikatlah hewan itu disebuah pagar kayu setelah sampai ditaman yang penuh dengan patung dewa-dewi. Mereka pergi melewati sebuah pavilion putih dengan danau cantik yang mengitarinya. Teratai tumbuh subur dengan bunga indah berwarna merah muda yang menghiasinya.

Para pelayan wanita menunduk ketika melihat kedua sosok pemimpin militer Willhelmia. Trevor menanyakan dimana keberadaan Sang Raja, dan benar saja pria itu baru menyelesaikan sarapan paginya sesuai jadwal. Langkah kaki dipercepat, setelah melewati koridor panjang dengan deretan pilar-pilar tinggi dan beberapa ruangan yang tertutup. Mereka sampai diruang makan dan disambut oleh Weithia yang berdiri dibelakang kursi Adam.

"Komandan. Senior Robin, selamat pagi." Ucapnya dengan sopan.

Adam berbalik dan menyapa kedua pria itu pelan. "Ada apa gerangan kalian kemari?"

Adam mengatakan jika dia penat dengan semua formalitas, jadi dia memberikan izin khusus untuk mereka berbicara santai dan ikut duduk bersamanya dimeja panjang itu. Begitu juga Weithia.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 1 : DREAM OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang